Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Menurut Mitologi Kuno, Gempa Terjadi karena Dewa Sedang Murka

Diperbarui: 23 November 2022   07:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kura-kura raksasa dalam mitologi Bali (Sumber: youtube melalui bali.idntimes.com)

Sebelum iptek berkembang, masyarakat kuno percaya gempa terjadi karena dewa atau hewan sedang murka. Mitologi Yunani mengenal Poseidon sebagai dewa penguasa laut, sungai, dan danau. Poseidon memiliki senjata berupa trisula yang bisa menyebabkan banjir dan gempa.  Sebagai Dewa Laut, Poseidon sesekali murka. Sekitar 1970-an produser Hollywood pernah membuat film The Poseidon Adventure yang berhasil mencapai box office.

Mitologi India kuno percaya Dewa Siwa yang sedang 'ngambek' di puncak gunung. Ini terlihat dari asal-usul isteri Siwa, Dewi Parwati. Parwati berayahkan Parwata, Dewa Gunung.

Ketika masih duduk di bangku sekolah saya pernah diceritakan kalau seorang raksasa sedang menahan bumi. Bila ia sedang lelah maka ia akan menggerakkan tangannya. Bumi pun ikut bergerak. Ada lagi kisah tentang naga raksasa yang melilit tiang raksasa. Kalau naga itu memainkan tubuhnya, maka tiang ikut bergoyang.

Pahatan batu kuno kisah Samudramanthana. Naga (panah atas) dan penyu atau kura-kura (panah bawah) [Sumber: Museum Nasional Indonesia]

Samudramanthana

Cerita kuno tentang gempa yang cukup dikenal di Nusantara adalah kisah Samudramanthana. Kisah ini berasal dari kebudayaan Hindu. Maklum, ratusan tahun yang lalu, Hindu berkembang di Nusantara.

Kalau mau tahu kisah Samudramanthana, silakan berkunjung ke Museum Nasional. Di gedung lama ada sebuah koleksi batu berukir yang cukup indah. Batu kuno itu berasal dari Sirah Kencong, Blitar (Jawa Timur). Masanya abad ke-13---14. Batu itu cukup menarik perhatian karena berukuran cukup besar, tinggi 105 cm dan diameter 75,8 cm. Ornamen batu sangat artistik.

Samudramanthana disebut juga Pengadukan Lautan Susu. Kisahnya dimuat dalam buku Adiparwa, salah satu bagian dari Mahabharata.

Kisah Pengadukan Samudra Susu menceritakan tentang perburuan amerta (air suci untuk kehidupan abadi) di Samudra Ksira yang melibatkan penyu Akupa, naga Basuki, Gunung Mandara, para dewa, dan asura (raksasa). Penyu Akupa adalah salah satu penjelmaan Dewa Wisnu.

Dalam gambar tampak penyu menjadi tumpuan Mandara agar tidak tenggelam ke dasar laut. Naga Basuki yang melilit Gunung Mandara berfungsi sebagai tali untuk mengaduk samudra. Kepala ditarik oleh asura sedangkan ekornya ditarik oleh para dewa. Ketika kepala dan ekor Naga Basuki 'dimain-mainkan' oleh asura dan dewa, maka bumi pun bergerak.

Menurut kepercayaan India kuno, Bumi diseimbangkan oleh beberapa hewan, yaitu babi hutan dengan gadingnya, ular dengan tujuh kepala, sapi dengan tanduknya, dan delapan ekor gajah yang berdiri di atas tempurung kura-kura. Gempa akan terjadi karena satu atau beberapa hewan penyeimbang tadi berganti posisi. Selain penyu, penjelmaan Wisnu lainnya berupa babi hutan atau waraha.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline