Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Dokter Wahidin Sudirohusodo, Mengobati Rakyat Tanpa Bayaran

Diperbarui: 18 November 2022   03:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lukisan Dokter Wahidin Sudirohusodo di Museum Kebangkitan Nasional (Dokpri)

Nama Dokter Wahidin Soedirohoesodo (Wahidin Sudirohusodo) selalu dikaitkan dengan organisasi Budi Utomo. Beliau dianggap penggagas berdirinya organisasi itu. Satu nama lain yang dikenal luas adalah Dokter Soetomo (Sutomo). Sutomo adalah pendiri Budi Utomo.

Wahidin Soedirohoesodo (7 Januari 1852 -- 26 Mei 1917) mulai bersekolah di  Sekolah Dokter Djawa atau STOVIA pada 1869. Rupanya Wahidin tergolong cerdas. Sebenarnya sekolah menetapkan masa pendidikan selama tiga tahun. Namun Wahidin berhasil merampungkan studi selama 22 bulan atau dua tahun kurang dua bulan.

Setelah lulus, beliau senang bergaul dengan rakyat biasa. Maka beliau banyak mengetahui penderitaan rakyat di negara jajahan. Menurut Wahidin, salah satu cara untuk membebaskan diri dari penjajahan, rakyat harus cerdas. Untuk itu, katanya, rakyat harus diberi kesempatan mengikuti pendidikan di sekolah-sekolah. Sebagai dokter, Wahidin sering mengobati rakyat tanpa memungut bayaran. Beliau sering berkeliling masuk keluar kampung.  

Wahidin juga sering berkeliling kota-kota besar di Jawa mengunjungi tokoh-tokoh masyarakat sambil memberikan gagasan tentang studiefond atau dana pelajar untuk membantu pemuda-pemuda cerdas yang tidak dapat melanjutkan sekolah. Sayang, gagasan tersebut kurang mendapat tanggapan.

Gagasan itu mendapat tanggapan dari para pelajar STOVIA di Jakarta. Beliau mengemukakan perlunya mendirikan organisasi yang bertujuan memajukan pendidikan dan meninggikan martabat bangsa. Akhirnya pada 20 Mei 1908, para pelajar STOVIA mendirikan organisasi kebangsaan Budi Utomo.

Itulah cikal bakal Hari Kebangkitan Nasional setiap 20 Mei. Gedung STOVIA sendiri kemudian menjadi Museum Kebangkitan Nasional. Sejak generasi muda zaman dulu mendirikan organisasi tersebut, masyarakat mulai mendirikan organisasi lain yang tujuannya satu: menuju kemerdekaan dari penjajahan. Ketika itu nama Indonesia belum dikenal.

Cicit Dr. Wahidin Sudirohusodo di makam Dr. Wahidin di Yogyakarta sebagai materi pameran (Dokpri)

Pameran Tokoh Wahidin

Cerita tentang Dokter Wahidin Sudirohusodo bisa disaksikan di Museum Kebangkitan Nasional. Pameran tentang Wahidin dibuka pada 10 November 2022, pas momen Hari Pahlawan. Pameran akan berlangsung hingga 3 Desember 2022. 

Pembukaan pameran dilakukan oleh Direktur Pelindungan Kebudayaan Kemendikbudristek Ibu Irini Dewi Wanti. Sebelumnya Plt. Kepala Museum Kebangkitan Nasional Pak Pustanto memberikan laporan kegiatan. Dalam acara pembukaan, Yayasan Belantara Budaya menyumbang dua tarian.

Pameran itu diberi tajuk Kelana Bestari, berarti pengembara berpengetahuan luas dan memiliki budi pekerti yang baik. Pameran akan diisi dengan beberapa kegiatan yakni Workshop Membatik (12-13 November), Workshop Wayang Kertas (19 November), Diskusi Daring Sejarah dan Permuseuman (23 November), Poscast Ngobrol Pintar di Museum (24 November), Workshop Sketsa (26 November), dan Workshop Gerabah (3 Desember). Bahkan dilengkapi Nonton Bareng di Museum berupa film Indonesia setiap akhir pekan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline