Pertengahan Januari 2013 Jakarta dilanda banjir besar. Sebelumnya banjir sejenis yang dianggap siklus lima tahunan terjadi pada 1997, 2002, dan 2007.
Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, kali itu wilayah yang dilanda banjir semakin luas. Kanal Banjir Timur yang diharapkan mampu menanggulangi banjir, terlihat masih belum membantu.
Tragisnya, wilayah yang sebelumnya tak pernah dilanda banjir hebat, kini justru ikut menderita karena jebolnya Tanggul Latuharhary dan Waduk Pluit. Baru setelah 2013 Kanal Banjir Timur mulai mengurangi dampak banjir.
Apakah penyebab banjir? Ada yang berpendapat ini semua karena faktor cuaca yang ekstrem dan curah hujan yang tinggi. Ada pula yang berpandangan karena ulah manusia, utamanya kerusakan lingkungan akibat penebangan pohon, penyempitan sungai, dan pendangkalan.
Banjir Jakarta banyak mendapatkan sorotan media dalam negeri dan luar negeri. Ini karena fenomena Jokowi dan politik nasional menjelang Pemilu 2014.
Banjir Jakarta konon disebabkan adanya KKN pada pemerintahan sebelumnya. Sejumlah pengamat menuding, banyak ruang terbuka hijau yang diurug menjadi mal, apartemen, perumahan, dan fasilitas properti lainnya.
Bulan basah
Umumnya banjir di Jakarta terjadi pada bulan Januari-Februari karena merupakan puncak bulan basah, yakni bulan yang curah hujannya lebih dari 100 milimeter. Pada bulan-bulan ini pun tanah sudah jenuh dengan air karena penguapan air sangat kecil.
Banjir Jakarta diketahui sudah terjadi sejak abad ke-5 Masehi, sebagaimana informasi dari Prasasti Tugu yang ditemukan di daerah Tanjung Priok.
Prasasti itu dikeluarkan oleh Raja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanagara, menyebutkan pembuatan saluran Gomati dan Candrabhaga. Ditafsirkan kedua saluran besar itu berfungsi untuk mengendalikan banjir.
Pemerintah kolonial Belanda pun sudah sedari awal dipusingkan dengan banjir dan tata kelola air Batavia.