Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Banyak Tinggalan Budaya di Barus 'Dicolongin' Penggali Liar Sejak Lama

Diperbarui: 24 Mei 2022   12:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koin emas dengan berbagai berat berhiaskan bunga cendana (Sumber: Barus Seribu Tahun yang Lalu)

Situs Lobu Tua di Barus (Sumatera Utara) dikenal sejak dulu. Namun penelitian arkeologi baru dijalankan pada 1985 oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional. Banyak temuan arkeologi di sana, seperti pecahan-pecahan keramik Tiongkok, tembikar, kaca, logam, dan manik-manik.

Ditemukan juga prasasti berbahasa Jawa Kuno, prasasti berbahasa Tamil, dan arca Boddhisatwa. Sayang karena kita tidak mempunyai dana penelitian, kita menggandeng Perancis. Soalnya mereka mempunyai lembaga penelitian yang disebut EFEO (Ecole Francaise d'Extreme Orient) bergerak di Timur Jauh. Penelitian bersama dimulai pada 1995.

Kesulitan dalam penelitian ini adalah status tanah situs merupakan milik pribadi warga. Dengan demikian kebebasan peneliti untuk bergerak sangat terbatas. Selain memerlukan izin, situs tersebut ditumbuhi berbagai pohon besar milik warga tadi.

Mata uang

Dari sejumlah temuan, pada kesempatan ini saya hanya ingin membahas tentang mata uang. Mata uang logam atau koin banyak ditemukan di Barus. Dalam ekskavasi 1995 ditemukan sejumlah mata uang dari berbagai bahan, di antaranya emas seperti gambar di atas. Khusus mata uang emas, umumnya berhiaskan bunga cendana. Di bagian sebaliknya ada aksara, yang menurut Millies berarti pa, ma, bha, atau pra. Temuan lain berupa empat keping koin perunggu buatan Eropa.

Jauh sebelumnya seorang kontrolir G.J.J. Deutz, melaporkan bagaimana mulai 1844 orang Belanda mengembangkan tanaman lada di daerah Barus. Pada saat pembersihan ditemukan sejumlah tinggalan, termasuk 'beberapa keping uang logam dari emas dan perak'. Menurut Deutz, kegiatan para penggali liar mulai berlangsung pada 1850-an. Banyak benda emas dicairkan oleh si penemu.

Sementara itu Millies mengatakan bahwa van der Tuuk adalah orang pertama yang mengidentifikasi situs Loubou Toua sebagai Fansur. "Beberapa peninggalan ditemukan di tempat ini, kemudian dibawa ke luar dan hilang, termasuk beberapa mata cincin yang diukir dan sejumlah keping uang logam," kata Millies.

Van der Tuuk yang tinggal di Barus pada 1852-1857, berhasil membeli beberapa, yang kemudian diserahkannya kepada Millies. Menurut Millies, inilah mata uang kuno wilayah ini di Sumatera.

Seharusnya koin yang ditemukan di situs ini cukup banyak. Sayang, hanya sebagian kecil yang bisa diselamatkan. Sebagian besar hilang dibawa oleh para penggali liar.

Fragmen cetakan koin dari Lobu Tua (Sumber: Barus Seribu Tahun yang Lalu)

Museum Batavia

Artefak koin juga ditemukan di Muara Tapus, sekitar 10 km di utara Barus. Pada 1879 museum di Batavia menerima dari gubernur wilayah Westkust sekeping uang Hindu.  Pada 1903, tahun pertama penambangan industri di Rejang Lebong, Bataviaasch Genootschap mendapat laporan bahwa dekat tambang tersebut sering ditemukan keping uang emas kecil yang mungkin dari zaman Hindu. Tidak lama kemudian 17 keping uang emas dari situs itu masuk ke dalam inventaris museum di Batavia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline