Di depan rumah saya sering lewat penjaja es cincau. Dulu memakai pikulan tapi kemudian berganti gerobak dorong. Saya hampir selalu menyodorkan panci bila ia lewat. "Beli 10 ribu bang," kata saya.
Cincau diciduk dari tempatnya menggunakan semacam sendok besar yang agak tajam. Setelah itu diberi es serut, cairan gula (bisa gula putih, bisa gula merah), dan santan. Lumayan untuk pelepas dahaga, apalagi saat cuaca panas.
Sebenarnya di rumah saya tumbuh subur pohon cincau. Bahkan sampai tinggi dan merambat. Kalau ada waktu, biasanya si mbak ART, suka membuat sendiri.
Pohon cincau itu memiliki daun cukup besar. Orang-orang menyebutnya cincau kebo (kerbau). Mungkin karena daunnya bongsor. Ada juga tumbuh cincau berdaun kecil.
Membuat sendiri
Saya sering lihat si mbak memetiki daun cincau. Setelah itu daun dicuci satu per satu. Setelah bersih, direndam dalam sebaskom air matang.
Selanjutnya daun-daun cincau itu diblender dan ditaruh di baskom tadi. Pekerjaan terakhir adalah memeras hasil blender itu, disaring, dan ditempatkan dalam wadah khusus. Perlahan-lahan air cincau itu akan membeku. Agar cepat membeku air cincau dalam wadah itu dimasukkan ke dalam kulkas. Butuh waktu sekitar satu jam, cincau akan menjadi padat seperti agar-agar atau jelly.
Biasanya saya membubuhi cincau dengan gula batu cair. Kadang dengan susu atau sirop. Bisa dimakan begitu saja. Bisa juga dicampur dengan alpukat atau kelapa muda. Jadilah es cincau spesial. Perlu diketahui, ini disebut cincau hijau. Soalnya ada lagi yang disebut cincau hitam dengan proses pembuatan berbeda.
Kata orang-orang tua, cincau bagus untuk panas dalam. Yang jelas, cincau berkhasiat untuk kesehatan tubuh. Di dalamnya banyak terkandung nutrisi.
Menurut laman doktersehat.com, daun cincau mengandung tanin yang bagus untuk membantu mengatasi masalah pencernaan. Kandungan nutrisi dari cincau hijau adalah Alkaloid, Kalsium, Cardioplegicum, Fosfor, Flavonoid, Fenol, Polifenol, Protein, Karbohidrat, Saponin, Tentradin, Vitamin A dan B, dan Bisbenzilsokuinolin klorofil.