Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Pada Abad ke-9 Seniman Jalanan Memperoleh Honorarium dan Membayar Pajak

Diperbarui: 20 Maret 2022   08:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Relief pemain musik di Candi Borobudur (Sumber: Buku Rahasia di Kaki Borobudur)

Bilamana seni musik dikenal di Nusantara, tampaknya belum bisa kita gambarkan secara lengkap. Biasanya para peneliti atau pakar mengacu pada dua sumber, yakni sumber tertulis (prasasti, kakawin, dan naskah) dan sumber tak tertulis (relief candi dan temuan arkeologis).

Menurut bacaan para epigraf, yakni orang yang ahli membaca prasasti, sejumlah prasasti menyebutkan adanya alat musik. Dari situlah kita mengenal alat musik Nusantara. Gambaran yang lebih jelas diperoleh dari relief (gambar timbul) pada candi, utamanya pada Candi Borobudur.

Di situ antara lain terpahat suling, simbal, lute, ghanta, sangkha, saron, dan gendang. Sebagian terbesar merupakan bagian dari panel cerita Karmawibhangga. Beberapa adegan menggambarkan para pemusik jalanan sehabis menghibur penonton.

Selain relief candi, adanya alat musik juga diketahui dari sejumlah temuan arkeologis. Yang paling tua berupa nekara, semacam dandang besar dari perunggu.

Nekara berasal dari masa prasejarah. Sekadar gambaran, masa awal sejarah Nusantara dimulai sekitar abad ke-5 M, yakni sejak ditemukannya prasasti batu di Kalimantan Timur.

Peninggalan arkeologis lain berupa arca Wajragiti dari perunggu. Arca ini ditemukan pada 1913 di Jawa Timur.

Wajragiti merupakan salah satu pemain musik di surga yang pandai memainkan harpa. Kini nekara dan arca Wajragiti menjadi koleksi Museum Nasional.

Diperkirakan, pada masa lampau seni musik benar-benar merakyat. Setiap ada pertunjukan musik, masyarakat selalu berbondong-bondong menonton.

Salah satu relief Karmawibhangga, misalnya, menampilkan seorang bapak mengangkat anaknya tinggi-tinggi, agar dia bisa melihat jelas pertunjukan tari dan musik dari kejauhan (Roosenani, 1981).

Nekara perunggu (Sumber: Museum Nasional)

Honorarium dan pajak

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline