Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Ritual Kendi Nusantara di IKN, Dipengaruhi Kendi Tirta Amerta pada Mitologi Kuno

Diperbarui: 15 Maret 2022   18:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kendi tirta amerta kuno koleksi Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY/kiri dan Museum Nasional/kanan (Sumber: kemdikbud.go.id)

Hari ini Presiden Joko Widodo bersama para gubernur dari seluruh Indonesia akan mengadakan ritual adat yang disebut Kendi Nusantara di ibu kota baru IKN, Kalimantan Timur. Masing-masing gubernur membawa tanah dan air dari wilayahnya.

Ada yang menyebut ini kegiatan klenik. Ada pula yang menyebut kegiatan budaya nenek moyang, seperti halnya menanam kepala kerbau pada pembangunan besar atau mengikat padi pada atap sewaktu pembangunan rumah.

Terlepas dari klenik atau budaya, yang jelas sebagai arkeolog saya hanya ingin menginformasikan bahwa kendi adalah tempat untuk menyimpan air berbentuk seperti teko yang terbuat dari tanah liat. 

Kendi dikenal di seluruh dunia dan berkembang di Mesir, Tiongkok, Jepang, Thailand, dan Indonesia.

Arca Garuda dari Candi Kidal (abad ke-13) sedang membawa kendi tirta amerta (Sumber: Berkala Arkeologi Amerta)

Kundika

Kata kendi berasal dari bahasa Sanskerta,  kundika, yang artinya 'wadah air minum'. Dalam ikonografi (pengetahuan yang mempelajari seni arca) Hindu, kundika merupakan atribut dari Dewa Brahma dan Dewa Siwa. Sedangkan pada agama Buddha, kundika merupakan atribut Awalokiteswara. 

Kendi-kendi gerabah yang berasal dari zaman prasejarah, yakni masa sebelum dikenalnya sumber tertulis, banyak ditemukan dalam penggalian arkeologis. 

Kendi sebagai wadah air yang memiliki  corot, baru dikenal pada abad ke-9 di Jawa. Hal ini dapat dilihat pada relief-relief Candi Borobudur.

Selain berbahan tanah liat, Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta pernah menemukan kendi perunggu yang tidak utuh. 

Diperkirakan berfungsi sebagai tempat air dalam upacara keagamaan. Bagian cerat patah dan hilang. Bentuk kaki panjang, dasar kaki bulat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline