Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Sejarah Kalender Saka dan Hari Raya Nyepi

Diperbarui: 3 Maret 2022   08:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Kalender Saka dan Hari Raya Nyepi (Sumber: kalenderbali.org)

Hari ini umat Hindu merayakan Nyepi. Nuansa Nyepi amat terasa di Bali karena penyeberangan dari dan ke luar Bali ditutup. Obyek wisata menghormati suasana Nyepi sejak bertahun-tahun lalu. Toleransi beragama amat kental di Bali sehingga terjalin perdamaian antaragama di sana.

Tanggal perayaan Nyepi tidak selalu sama setiap tahun. Soalnya perhitungan Nyepi berdasarkan kalender Saka. Kalender Saka yang berasal dari India ini merupakan penanggalan syamsiah-kamariah (candra-surya) atau kalender luni-solar. Era Saka dimulai pada 78 Masehi. Dengan demikian Tahun 1 Saka identik dengan Tahun 79 Masehi. Kalender Saka berawal pada Sabtu 14 Maret 78 Masehi.

Kalender Saka memiliki 12 bulan (Sumber: id.wikipedia.org)

Tercipta karena peperangan

Tahun Saka tercipta karena peperangan antarsuku di India. Sebelumnya banyak suku bangsa saling bermusuhan. Suku bangsa Saka benar-benar bosan dengan keadaan itu. Arah perjuangannya kemudian dialihkan, dari politik dan militer untuk merebut kekuasaan menjadi perjuangan kebudayaan dan kesejahteraan.  

Ketika pada 125 SM (Sebelum Masehi) dinasti Kushana dari suku bangsa Yuehchi memegang tampuk kekuasaan di India, mereka terketuk oleh perubahan arah perjuangan suku bangsa Saka yang tidak lagi haus kekuasaan itu.  

Pada 79 Masehi, Raja Kaniska I dari dinasti Kushana dan suku bangsa Yuehchi mengangkat sistem kalender Saka menjadi kalender kerajaan. Sejak itu bangkitlah toleransi antarsuku bangsa di India untuk bersatu padu membangun masyarakat sejahtera. Akibat toleransi dan persatuan itu, sistem kalender Saka semakin berkembang mengikuti penyebaran Hindu.

Pada abad ke-4 Masehi agama Hindu, termasuk kalender Saka, berkembang di Nusantara. Namun kalender Saka itu dimodifikasi oleh beberapa suku bangsa, terutama suku Jawa dan Bali. Di Jawa dan Bali kalender Saka ditambah dengan cara penanggalan lokal.  Banyak prasasti kuno dari Jawa dan Bali memiliki beberapa unsur penanggalan, antara lain tahun, bulan lunar, bulan solar, dan satuan waktu.

Pada kalender Saka, bulan dibagi menjadi dua bagian, yaitu suklapaksa/paro terang (dari bulan mati sampai purnama) dan kresnapaksa/paro gelap (dari selepas purnama sampai menjelang bulan mati). 

Masing-masing bagian berjumlah 15 atau 14 hari (tithi). Sedangkan tahun baru terjadi saat Minasamkranti (matahari pada rasi Pisces) yakni pada awal musim semi. 

Nama-nama bulan kalender Saka adalah Caitra, Waisaka, Jyestha, Asadha, Srawana, Bhadrawada, Aswina (Asuji), Kartika, Margasira, Posya, Magha, dan Phalguna. Karena kalender Saka merupakan kalender lunisolar, agar sesuai kembali dengan matahari, bulan Asadha dan Srawana diulang secara bergiliran setiap tiga tahun dengan nama Dwitiya, Asadha, dan Dwitiya Srawana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline