Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Menurut Tokoh Wayang Arjuna, Perang adalah Suka Cita Bergelimang Darah

Diperbarui: 1 Maret 2022   07:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Patung Arjunawijaya dalam masa pembangunan 1986, menggambarkan dialog Arjuna dengan Kresna (Dokpri)

Kalau ada peperangan di dunia, tentulah kita teringat cerita Mahabharata, tepatnya Mahabharatayuddha. Maha berarti besar dan Yuddha berarti perang. Mahabharatayudha adalah kisah perang besar antara keluarga Pandawa melawan keluarga  Kurawa. Kedua keluarga adalah keturunan Bharata.

Kisah Mahabharata merupakan sebuah wiracarita atau cerita epos (kepahlawanan) terkenal dari India. Cerita asli disusun oleh Vyasa Krisna Dwipayana sekitar 400 Sebelum Masehi dengan bahasa Sanskerta.  Kemudian cerita itu diadaptasi di Jawa sebagai karya seni dalam bentuk kakawin dan wayang.

Istilah Bharatayuddha diambil dari judul sebuah naskah kakawin berbahasa Jawa Kuno yang ditulis pada 1157 oleh Empu Sedah atas perintah Maharaja Jayabhaya, Raja Kadiri. Sebenarnya kitab Bharatayuddha yang ditulis pada masa Kadiri itu untuk simbolisme keadaan perang saudara antara Kerajaan Kadiri dan Jenggala yang sama-sama keturunan Raja Airlangga. Keadaan perang saudara itu digambarkan seolah-olah seperti yang tertulis dalam Kitab Mahabharata.

Serial Mahabharata dari India pernah tayang di stasiun televisi swasta Indonesia (Sumber: ANTEVE melalui viva.co.id)

Bhagawad Gita

Salah satu bagian dari kisah Mahabharata adalah Bhagawad Gita (BG). Isi utama tentang dialog Kresna dengan Arjuna sebelum perang. Kresna adalah guru dari Arjuna. Banyak pesan moral terkandung dalam BG. Kedua tokoh banyak mengeluarkan dialog yang menyentuh hati. Isinya pun penuh dengan hal-hal kebajikan dan keteladanan. Dialog Arjuna -- Kresna itu berlangsung di medan perang Kuruksetra, sebelum terjadi perang besar antara Pandawa dan Kurawa.

Sebenarnya, sebagai sesepuh Kresna sudah mengusahakan perdamaian. Namun usahanya ditolak oleh pihak Kurawa. Pertempuran pun nyaris dimulai. Tapi Arjuna, salah seorang pahlawan Pandawa, malah menolak untuk bertempur dan berniat merelakan dirinya dibantai saja oleh kaum Kurawa tanpa perlawanan.

Arjuna merasa tidak bergairah untuk bertempur, mengingat pihak musuh terdiri atas para saudara, guru, sahabat, dan orang-orang yang dikasihinya. Seketika tanpa sadar, seluruh tubuh Arjuna kaku, mulutnya kelu, senjata terjatuh dari tangannya, kakinya bergetaran, dan pikirannya linglung.

"Aku mendapat firasat buruk dan tak kulihat hal yang baik dalam membunuh sanak saudara di dalam pertempuran. Aku tidak mencari kemenangan, juga tidak mencari kekuasaan tertinggi dan kesenangan-kesenangan duniawi. Jauh lebih baik hidup sengsara di dunia ini daripada membunuh para tetua yang patut dimuliakan itu. Setelah membunuh mereka, tak ada yang kudapatkan selain suka cita bergelimang darah," kata Arjuna kepada Kresna (Bhagavad-Gita, 2004, hal. 43-48). Itu salah satu dialog utama antara Arjuna dengan Kresna yang patut menjadi pelajaran. Di Nusantara Arjuna dikenal sebagai tokoh wayang dan untuk menyebut pemuda ganteng.

Lihat juga tulisan saya berikut:

[Pesan moral kitab kuno Bhagawad Gita] dan

[Wajah awal patung Arjunawijaya]

Sejak lama berbagai perang sudah terjadi di berbagai belahan dunia. Ada yang namanya Perang Dunia, ada pula perang saudara. Bahkan ada sekelompok orang yang disebut teroris, yang sering membunuh masyarakat awam yang tidak bersalah.

Kini, dunia dikejutkan oleh agresi militer Rusia kepada Ukraina. Rusia dikenal sebagai negara super power dengan persenjataan canggih. Sudah banyak korban jiwa berjatuhan di pihak Ukraina.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline