Terbayangkah Anda bila ada orang dibelah kepalanya, dirobek perutnya, dimakan dagingnya, dan diminum darahnya. Bahkan dimakan macan, dipatuk ular, disambar petir, dan dicaplok buaya? Ih ngeri yah mendengarnya.
Namun ini bukanlah sungguhan. Ini hanya sumpah atau kutukan yang terdapat dalam prasasti kuno. Salah satunya prasasti yang baru beberapa hari ditemukan di Situs Gemekan, Mojokerto, Jawa Timur. Silakan lihat tulisannya [di sini].
Prasasti batu tersebut ditemukan di dalam tanah ketika tim arkeolog melakukan ekskavasi. Kondisi prasasti sudah tidak utuh. Bagian terbesar berbentuk segienam. Diketahui bagian yang ditemukan itu merupakan bagian atas. Bagian bawah masih dicari. Beberapa bagian yang terpotong-potong sudah berhasil ditemukan. Entah apakah bentuk prasasti bisa lengkap atau tidak.
Tulisan pada prasasti dalam kondisi bagus, meskipun ada beberapa aksara yang aus atau meragukan sehingga menyulitkan pembacaan. Menurut pembacaan sementara, bagian pertanggalan tertulis angka 8 dan 5 dengan jelas.
Namun satu angka lagi agak samar-samar, apakah 2, 3, atau 9. Seandainya 2, maka prasasti tersebut bertarikh 852 Saka atau 930 Masehi. Perbedaan Tahun Saka dengan Tahun Masehi umumnya 78 tahun. Seandainya kemudian disepakati 3 atau 9, yah tinggal ditambah saja. Nama Mpu Sindok berikut gelarnya dan nama-nama pejabat disebutkan dalam prasasti itu.
Pembacaan sementara
Tulisan pada prasasti tidak hanya terdapat di bagian muka. Pada bagian sisi pun terdapat tulisan. Menurut pembacaan sementara Pak Ageng Gumelar Wicaksono demikian:
potong muncungnya, belah ke[palanya], robek perutnya sisakan jeroannya....makan dagingnya minum (darahnya), lalu lengkapi dengan sisakan..... jika menuju hutan dimakan macan dipatuk ular pla..... oleh dewamanyuh jika pergi ke tegal (lapangan terbuka) disambar petir dirobk-robk olh raksasa dimakan olh wuil si pramunguan.
indahkan wahai kalian hyang kuika garga metr kuruya ptjala pelindung arah utara, pelindung selatan, barat, timur buang ke angkasa dirobk olh hyang semuanya jatuhkan ke mahsamudra (lautan luas) tenggelamkan di awu[han]/bendungan bawalah sang hyang dalam air tarik (dibawa ikut) olh tuwiran, dicaplok olh buaya.....matilah orang tersebut [dengan cara] dianiaya....
mbur tersebut di tanah sawa....
Semoga bagian prasasti yang hilang bisa segera ditemukan lalu disambung sehingga menjadi bagian yang utuh. Dengan demikian pembacaan menjadi lebih lengkap.
Membaca prasasti sungguh tidak mudah. Ada beberapa aksara dan bahasa kuno yang terdapat pada prasasti. Prasasti di atas diketahui beraksara dan berbahasa Jawa Kuno. Banyak pakar pasti bisa membaca prasasti tersebut, terlebih yang tergabung dalam Perkumpulan Ahli Epigrafi Indonesia. Bukan cuma arkeolog, mereka yang berpendidikan non-arkeologi juga mahir dengan aksara Jawa Kuno.