Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Sedekah Ilmu Menulis dan Numismatik kepada Masyarakat Sebagai Imunitas Tubuh

Diperbarui: 5 Januari 2022   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Materi yang saya berikan pada webinar numismatik (Dokpri)

Selama masa pandemi 2021 banyak hal memang bisa dikerjakan dari rumah. Belajar dari rumah atau bekerja dari rumah sangat populer sejak 2020. Untungnya dunia internet sudah maju sehingga kegiatan tersebut bisa dilakukan melalui beberapa aplikasi. Aplikasi paling populer tentu saja Zoom.

Lewat Zoom kegiatan bisa diikuti dari berbagai tempat. Tentu asalkan jaringan internet memadai atau kita memiliki kuota cukup. Nama kegiatan secara daring itu kerap disebut webinar, seminar melalui web. Semua peserta saling terhubung melalui internet.

Sebagian peserta webinar yang terdiri atas siswa-siswa SMK Pariwisata (Dokpri)

Belajar Bersama Muskitnas

Kata seorang teman, kalau belum mampu berbagi uang, berbagilah ilmu. Sedekah ilmu tidak ada ruginya, kata teman tadi. Dalam kondisi pandemi, saya diberi kesempatan oleh Museum Kebangkitan Nasional mengisi BBM (Belajar Bersama Muskitnas) dengan topik "Kepenulisan". Kegiatan ini diikuti puluhan siswa SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) jurusan Pariwisata.

Nah, ini 'kehebatan' acara daring. Peserta webinar berasal dari berbagai daerah di luar Jakarta. Saya mendapat kesempatan beberapa kali untuk sedekah ilmu. Ketika itu Museum Kebangkitan Nasional bermitra dengan Ikatan Pemandu Museum Indonesia (IPMI) dan Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI).

Saya mendapat kesempatan 30 menit untuk berbicara tentang menulis di media sosial. Menulis adalah seni merangkai kata-kata supaya enak dibaca. Tentang bahasa formal dan bahasa nonformal juga saya ungkapkan. Selanjutnya tentang beda tulisan ilmiah dengan tulisan populer. Bahkan tentang tulisan fiksi dan nonfiksi.

Saya juga bilang kalau menulis jangan cuma mengejar monetisasi atau pageviews. Kalau membuat Youtube, jangan mengejar subscriber tapi isinya negatif atau nge-prank. Menulis jangan hoaks.  Tulislah konten positif yang informatif dan edukatif. Dengan demikian tulisan kita mencerdaskan dan bermanfaat buat banyak orang. Lagi pula tulisan kita tidak akan terjerat Undang-undang ITE mengingat di media sosial banyak patroli Polisi Cyber.

Poster webinar numismatik yang diselenggarakan 4 September 2021 (Dokpri)

Numismatik

Selain penulisan, saya pun pernah menjadi narasumber kegiatan webinar numismatik. Webinar ini untuk umum, hasil kerja sama Museum Nasional, Museum Uang Sumatera, CORE (Club Oeang Revoloesi), serta KPBMI (Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia). Selain saya, turut berbicara Ibu Idez (Museum Nasional), Pak Uno (CORE), dan Pak S. Barus (Museum Uang Sumatera).

Saya berbicara dari sudut pandang arkeologi. Mata uang logam atau koin sebagaimana temuan dari berbagai situs arkeologi merupakan artefak bertanggal mutlak. Jadi koin bisa untuk memberi tarikh kepada temuan-temuan lain. Sebagaimana kita tahu, koin memiliki data tekstual (teks) dan data piktorial (gambar atau simbol).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline