Pada 1983 saya dan rombongan mahasiswa arkeologi UI melakukan kunjungan situs ke Gunung Penanggungan dan sekitarnya. Di gunung itu terdapat lebih dari 100 kepurbakalaan yang sebagian besar berupa bangunan/candi (kuno). Lihat tulisan saya [Ditemukan Jalan Kuno Berbentuk Melingkar dan Spiral di Kawasan Gunung Penanggungan].
Meskipun tidak begitu tinggi, namun cukup sulit mendaki gunung itu. Tanahnya gembur dan banyak ilalang membuat perjalanan sebentar-sebentar terhenti. Sebagai mahasiswa arkeologi memang harus ada kehati-hatian dan ketelitian mengitari Gunung Penanggungan dan sekitarnya itu. Siapa tahu ada temuan baru di kanan kiri jalan setapak.
Bahkan ketika itu kami melakukan pengukuran dan dokumentasi. Juga bersih-bersih sekitar situs. Kami ditemani beberapa tenaga juru pelihara dari Candi Jalatunda, base camp kami di bawah. Di atas kami mendirikan tenda.
Kepurbakalaan-kepurbakalaan itu terletak di alam terbuka. Jadi rawan terhadap longsor karena tanahnya gembur.
Manusia menjadi musuh terbesar
Kawasan Gunung Penanggungan dan sekitarnya sangat luas. Untuk mencapai kawasan kepurbakalaan, termasuk cukup sulit. Diperlukan fisik yang kuat dan perbekalan yang cukup.
Karena berbagai kepurbakalaan itu tersebar luas, maka sulit dilakukan pengawasan. Instansi yang paling berwenang adalah Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur di Trowulan. Tentu butuh banyak sekali tenaga juru pelihara sekaligus tenaga pengaman.
Kendala untuk kepurbakalaan di alam terbuka, tentu saja maling barang kuno bisa masuk dari segala arah. Itu yang sering terjadi sejak 1970-an. Jadi manusia merupakan musuh terbesar kepurbakalaan di Gunung Penanggungan. Pada 1983 saja terlihat banyak sekali tanda bekas pemenggalan kepala arca dan pencongkelan bagian candi.
Pagi tadi, 17 Mei 2021, saya mem-posting tulisan saya pada 1983. Selain itu menyertakan foto tentang salah satu bagian candi yang memiliki relief menarik. Foto itu masih hitam putih.
Spontan ada respon dari teman-teman komunitas yang pernah ke sana. Ternyata menurut foto 2012, relief itu sudah tidak ada lagi. Entah siapa yang nekad nyolong warisan budaya nenek moyang kita itu. Dipastikan relief itu hilang sebelum 2012.
Dari foto terlihat bagian bangunan yang berisi relief telah kosong. Yah reliefnya telah raib. Kemungkinan dicongkel sedikit demi sedikit. Padahal, di obyek itu sudah kelihatan keindahan karena diberi taman. Cukup estetis dibandingkan kondisi 1983.