Beberapa hari terakhir ini dunia medsos banyak diisi postingan koin 100.000 berwarna emas. Pada koin itu tertulis Bank Indonesia, 2021-2030, dan gambar Garuda Pancasila. Grup-grup Numismatik, seperti Club Oeang Revoloesi, juga memuat postingan ini. Soalnya ada pertanyaan dari seorang anggota, "Apakah koin ini asli?"
Tadi pagi saya pun mendapat WA serupa. "Benar yah ada koin 100.000?" WA lain menulis, "Tukar koin ini di mana?"
Dua hari lalu para numismatis sudah berkomentar, "Ini editan". Beberapa lagi mengatakan, "Gak pernah dengar kalau Bank Indonesia mengeluarkan koin seperti ini".
Memang untuk masalah uang, yakni uang kertas dan uang logam (koin), referensi yang tepat adalah Bank Indonesia. Sepengetahuan saya, kalau Bank Indonesia mengeluarkan dan mengedarkan uang baru, tentu diinformasikan kepada publik lewat media. Soal koin 100.000 sebelumnya saya tidak pernah dengar dan lihat.
Baru tadi siang saya lihat di medsos, Bank Indonesia memposting infografis bahwa koin 100.000 adalah "hoax". Sekarang sudah jelas bahwa koin 100.000 itu merupakan karya kreatif anak bangsa, bukan oleh Bank Indonesia. Entah apakah bentuk fisiknya pernah beredar ataukah hanya dalam bentuk gambar.
Terus terang, untuk kreativitas, beberapa "pakar" kita tergolong jago. Koin Rp 100 tebal yang bertahun 1973 pernah diganti menjadi 1971. Kalau koin asli berharga jual sekitar Rp3.000 per keping, koin rekayasa 1971 bisa berharga beberapa kali lipat. Yah, sekadar untuk cenderamata.
Beberapa koin masa Hindia-Belanda pernah direkayasa tahun pengeluarannya, seolah-olah berusia lebih tua. Misalnya 1867 'disulap' menjadi 1667. Tentu dengan harapan harga jual menjadi semakin tinggi.
Koin 100.000 komodo
Sebenarnya koin 100.000 pernah beredar pada 1974. Di kalangan numismatik dikenal sebagai koin komodo. Menurut colnect.com, koin itu dicetak oleh Royal Mint, Llantrisant, Wales, Britania Raya. Koin itu dicetak Pemerintah RI untuk mendukung WWF, Dana Pelestarian Satwa Liar. Berbahan dasar emas 33,437 gram dan dicetak tidak sampai 7.000 keping. Data teknis lain, diameter koin 34 mm.
Karena mahal, tidak banyak orang mampu memiliki koin emas ini. Numismatis kelas atas pun cuma beberapa orang yang punya.
Sekali lagi, kita harus tetap waspada kalau beredar 'uang baru' yang meragukan. Bertanyalah kepada numismatis atau paling otentik ke pihak Bank Indonesia. Dengan adanya medsos, mereka sekarang mudah dihubungi. Gerak cepat Bank Indonesia ikut membuat lega masyarakat kita terhadap 'koin baru' yang belum jelas itu.***