Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Siklon Tropis di Indonesia Urung Menggunakan Nama Tokoh Wayang, Diganti Nama Bunga dan Buah

Diperbarui: 11 April 2021   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang bocah membawa karung berisi bantuan logistik di NTT (Foto: Antara melalui kompas.com)

Pekan lalu, tepatnya pada 4 April 2021, badai atau siklon tropis Seroja menerjang Nusa Tenggara Timur (NTT). Akibatnya terjadi longsor dan banjir bandang. Banyak bangunan runtuh dan rusak, termasuk Museum Negeri NTT di Kupang. Banyak korban jiwa berjatuhan, bahkan masih banyak yang belum ditemukan. Mungkin inilah bencana terbesar di awal tahun yang terjadi di Indonesia.

Adanya siklon tropis di Indonesia boleh dibilang menjadi kejutan. Secara teori sebenarnya siklon tropis tidak akan masuk ke kawasan ekuator seperti wilayah Indonesia. Hal ini karena adanya faktor gaya Coriolis. Gaya Coriolis akan menyebabkan gerak angin siklon tropis di Belahan Bumi Utara (BBU) berbelok ke kanan, dan di Belahan Bumi Selatan (BBS) berbelok ke kiri. Siklon Tropis berupa angin kencang, hujan sangat deras, dan disertai badai guntur. Lihat lebih lanjut [di sini].

Sejak 2003, setidaknya terdapat 30 siklon tropis yang tumbuh dekat wilayah Indonesia dan memengaruhi cuaca di Indonesia. Mungkin karena letak geografinya, siklon tropis umumnya terjadi di Sumatera dan wilayah selatan seperti NTT dan NTB.

Dari sejumlah nama siklon, ada satu yang unik, yakni siklon tropis Durga. Nama Durga dikenal di dunia pewayangan. Dalam arkeologi, Durga dikenal sebagai istri Dewa Siwa. Dalam mitologi Hindu, Siwa adalah dewa perusak alam.

Namun karena menimbulkan persepsi negatif, nama-nama tokoh wayang urung digunakan, kemudian diganti nama-nama bunga dan buah. Siklon Durga terjadi pada 20-24 April 2008. Namun daya rusaknya cukup rendah karena berkecepatan 11 km/jam.

Nama-nama siklon tropis (Foto: wikipedia)

Unik

Setiap siklon tropis memiliki nama unik. Siklon tropis yang tumbuh di kawasan Samudra Atlantik dan di sekitar Australia, memiliki nama seperti nama manusia.

Dulu nama-nama wanita banyak digunakan, antara lain Any, Betty, dan Charly. Maklum yang memberi nama siklon tropis adalah para pelaut yang umumnya pria. Namun sejak 1960 siklon tropis tidak selalu menggunakan nama wanita. Nama Andrew, misalnya, pernah dipakai pada 1992.

Instansi yang berwenang memberi nama siklon tropis adalah Tropical Cyclone Warning Centres (TCWC), sesuai area masing-masing.  Sejak 2010 BMKG memberi nama unik siklon tropis berdasarkan nama-nama bunga. Tujuan menggunakan nama bunga agar siklon tropis tidak memberi kesan buruk. Nama-nama tersebut telah dipersiapkan sebelumnya, yakni Anggrek (2010), Bakung (2014), Cempaka (2017), Dahlia (2017), Flamboyan (2018), Kenanga (2018), Lili (2019), Mangga (2020), Seroja (2021), dan Teratai. Kecepatan siklon Seroja adalah 85 km/jam. Kini tinggal nama Teratai yang belum dipakai. Semoga tidak ada siklon yang meluluhlantakkan suatu daerah lagi.

Setelah nama-nama bunga, nanti digunakan nama-nama buah, seperti Anggur, Belimbing, dan Duku. Nama-nama siklon selalu disusun secara abjad agar mudah diingat dan tidak dipakai dua kali.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline