Harga koleksi uang lama, baik uang kertas maupun uang logam (koin), tidak bisa diseragamkan. Juga tidak bisa ditentukan semaunya. Memang hak penjual, terutama masyarakat awam sebagaimana kita lihat di marketplace. Namun paling tidak kita sudah mempunyai patokan. Patokan harga koleksi uang ada pada buku katalogus.
Harga koleksi uang tergantung keunikan, kelangkaan, dan grade (kondisi). Jika kotor, lusuh, dan sobek (untuk uang kertas) atau kotor, aus, dan berkarat (untuk koin), bisa dipastikan kolektor mata uang yang lazim disebut numismatis, tidak bakal tertarik.
Numismatis, terutama kelas kakap, sering kali bermain dalam kondisi grade tinggi. Dalam bahasa masyarakat awam sangat bagus. Kecuali untuk koleksi yang benar-benar langka, yang kotor atau lusuh pun biasanya disimpan sambil menunggu koleksi sejenis yang lebih bagus.
Koin 1 cent
Banyak hal diperhatikan para numismatis, sebagaimana bisa kita lihat di laman www.colnect.com. Kita ambil contoh koin 1 cent Nederlandsch-Indie yang dikenal sebagai 'koin sen bolong'. Berbagai data teknis selalu menjadi perhatian para numismatis.
Perhatikan foto tersebut. Semuanya bagus, detail gambar sangat kentara. Tidak ada kotor atau aus.
Dari data tersebut terlihat koin 1 cent diproduksi pada 1936 sampai 1945. Tempat pencetakan koin tersebut ada di beberapa tempat. Lihat tulisan sebelumnya [di sini].
Perbandingan
Perhatikan pula perbandingan keempat foto di atas. Semua kondisi agak kotor, bahkan ada patina yang tidak hilang. Kondisi seperti ini akan menurunkan harga jual. Lagi pula koin 1 cent masih banyak sekali di pasaran.
Sekadar gambaran, kondisi yang lumayan atau bagus kalau semua detail tulisan atau gambar kelihatan. Misalnya, koleksi satu terbaca dengan jelas tulisan "Nederlandsch-Indie". Namun koleksi lain hanya terbaca "Nederland...-Indie", tentu ini akan mengurangi nilai jual. Pokoknya makin bagus makin mahal, makin jelek makin murah.
Koin 1 cent hanyalah contoh. Ini berlaku pula untuk koin-koin lain, juga uang kertas. Yang jelas, harga tergantung kondisi. Tidak perlu embel-embel bernilai sejarah atau warisan kakek, sebagaimana yang dilakukan masyarakat awam kalau ingin menjual.