Dermatoglifi atau rigi-rigi kulit meliputi sidik jari-jemari dan telapak tangan, sidik jari-jemari dan telapak kaki, sidik palatum atau langit-langit mulut dan bibir. Dermatoglifi bersifat unik dan spesifik pada setiap individu. Juga bersifat stabil dan tidak berubah sepanjang hidup. Kecuali jika terjadi kerusakan yang sangat parah sampai lapisan sub-dermis seperti luka bakar, penyakit kulit, dan kerusakan jaringan lain.
Bagian dari dermatoglifi yang paling populer adalah sidik jari. Saat ini sidik jari kita telah terekam dalam berbagai dokumen, seperti ijazah, paspor, e-KTP, surat bank, dsb. Bahkan dalam absensi sidik jari. Data itu diperlukan untuk mencocokkan data korban kriminal atau kecelakaan yang tidak memiliki identitas. Lihat tulisan sebelumnya [di sini].
Sidik bibir
Yang belum banyak dikenal adalah Cheiloscopy, yakni teknik investigasi forensik yang berhubungan dengan identifikasi manusia berdasarkan bekas-bekas bibir. Menurut pakar forensik Pak Rusyad, sidik bibir yang unik itu dapat membantu dalam identifikasi personal. Jika sidik palatum relatif sulit tersedia data antemortemnya -- baik dalam bentuk cetakan atau data foto -- maka sidik bibir makin terbuka lebar peluangnya untuk mendapatkan data antemortemnya.
"Sidik bibir dapat menjadi terobosan baru sebagai alat identifikasi personal -- termasuk pada jenazah tidak dikenal -- karena keunikan alur-alur labialnya. Data antemortem sidik bibir ini makin tersedia melimpah dalam teknologi seluler dan digital karena dapat diakses dari foto-foto close up wajah dan selfie dari arsip digital, internet, CCTV, dan media sosial," kata Pak Rusyad.
Seperti halnya sidik jari, sidik bibir juga memiliki berbagai tipe. Santos (1967) mengklasifikasikan lekukan pada bibir dan membaginya menjadi 4 tipe yaitu garis lurus, garis bergelombang, garis bersudut, dan garis berbentuk sinus. Renaud (1973) membagi pola sidik bibir menjadi 10 tipe.
Penyakit dan ramalan
Bentuk dan ukuran bibir memang berbeda-beda antarindividu. Ada yang tipis, tebal, pendek, dan panjang. Antara bibir atas dan bibir bawah, ada yang berukuran sama dan ada yang berbeda. Soal warna pun bisa berbeda. Ada yang kemerahan, dan ada yang kecoklatan, misalnya.
Orang-orang tua sering mengidentifikasi penyakit dari warna bibir. Wah bibirnya pucat, pasti lagi sakit nih. Bibirnya pecah-pecah, bisa jadi panas dalam. Begitu kata orang-orang tua.
Bibir memang bisa untuk mengidentifikasi penyakit. Umumnya dihubungkan dengan bagian perut seperti pencernaan atau lambung. Selain warna, adanya tahi lalat juga menjadi perhatian. Kalau tahi lalat terdapat di bibir, berarti potensi penyakit itu cukup besar.
Bibir juga menghasilkan senyum. Di mata pakar fisiognomi, membaca wajah, atau xiang mian, senyum lebih bermakna daripada tawa. Dalam Feng Shui Tubuh, bibir harus menunjukkan bentuk yang jelas. Misalnya tidak terlalu tipis tetapi juga tidak terlalu besar. Harus selalu penuh warna, itu syarat lain. Jika seseorang tersenyum, giginya tidak boleh kelihatan.