Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Perlu Transformasi Proses Belajar-Mengajar agar Siswa Memperoleh Kemampuan Berpikir

Diperbarui: 4 November 2020   18:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Proses belajar-mengajar di Prince's Creative School (Foto: makalah Pak Udaya)

Pemerintah RI dan banyak pengamat ekonomi dunia menempatkan Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar di dunia pada 2030-an. Untuk merealisasi prediksi ini, Presiden Jokowi menjadikan pembentukan SDM Unggul sebagai salah satu prioritas program kerjanya.

Banyak negara maju melakukan perombakan sistem pendidikan untuk menjamin para school-leavers siap memenuhi tuntutan Revolusi Industri 4.0. Pembentukan SDM Unggul hanya bisa tercapai bilamana sistem pendidikan, termasuk kurikulum, diubah sesuai kebutuhan masa kini dan masa depan. Perubahan kurikulum akan memakan waktu. Akan tetapi Revolusi Industri 4.0 menuntut pelaksanaan sistem pendidikan baru dalam waktu sesingkat mungkin.

Kita pun akan mengubah kurikulum pendidikan, setidaknya pada 2022. Saat ini kita mengenal istilah Merdeka Belajar.

Pendidikan Masa Depan

Rabu, 4 November 2020 berlangsung webinar bertema "Pendidikan Masa Depan". Sejumlah praktisi pendidikan memaparkan sistem pendidikan baru yang bisa diterapkan oleh para pendidik di berbagai institusi tanpa menunggu perombakan kurikulum pemerintah.

Presiden Indonesia Global Compact Network (IGCN) Y.W. Junardy mengatakan ada beberapa prioritas IGCN pada 2019-2021, di antaranya pemberdayaan wanita dan pendidikan/transformasi pengajaran. Nah, yang menyedihkan tingkat literasi masyarakat Indonesia menduduki peringkat ke-71 dari 77 negara. Sementara antara 2014-2017 sebagian besar tenaga kerja Indonesia (60-70%) memiliki keterampilan semi-skilled.

Pak Joseph Dharmabrata yang berbicara kemudian mengutip misi Kemenristekdikti, yakni meningkatkan akses, relevansi, dan mutu Pendidikan Tinggi untuk menghasilkan SDM yang berkualitas.  

Pak Joseph juga menggambarkan kalau kemampuan para siswa Indonesia baru taraf mengingat dan mengetahui. Seharusnya mereka sudah mampu menerapkan atau mengimplementasikan. Untuk SDM unggul mereka perlu belajar berkreasi, mengevaluasi, dan menganalisis. Pada bagian lain Pak Joseph menguraikan internet yang telah menyatukan teknologi telekomunikasi dan informasi.

Kata Pak Joseph tantangan pendidikan Indonesia ada tiga. Pertama, transformasi proses belajar-mengajar agar lulusan SMA mempunyai keterampilan berpikir. Kedua, meningkatkan interaksi antara ilmu dengan praktik melalui sistem Project Based Learning. Ketiga, proses metamorfosis pendidikan PAUD, SD, dan SMP dari model pendidikan Era Industri 3.0 ke Era Industri 4.0.

Menurut Pak Joseph di akhir makalah, meningkatkan mutu lulusan dan metemormofis antara lain memerlukan organisasi sekolah yang sehat dan kapasitas mumpuni agar mampu berproses dan bermetamorfosis menjadi sekolah unggul di era industri 4.0.  

Membuat platform digital, juga diusulkan Pak Joseph. Hal lain adalah bergotong royong dalam menghimpun serta menyediakan pengetahuan dan keterampilan. Tindakan lain Pak Joseph adalah membangun komunitas pendidikan, mengadakan pelatihan, membangun website, jurnalistik, serta melatih leadership kepala sekolah dan guru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline