Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Rumah Hoki Berdasarkan Tahun Kelahiran

Diperbarui: 9 Oktober 2020   12:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: buku-buku Feng Shui (koleksi pribadi)

Memiliki rumah sendiri merupakan sebuah kebahagiaan. Kita tidak perlu kontrak rumah karena rumah yang kita tempati itu memiliki jangka waktu terbatas. Misalkan dua tahun harus pindah, lalu cari rumah kontrakan lain. Begitu pula kalau kos.

Rumah tidak perlu besar dan mewah. Apalagi buat pasangan baru. Yang penting cukup memberi ketenangan hidup. Ada kamar tidur tempat kita beristirahat. Ada dapur tempat kita memasak. Ada kamar mandi tempat kita merapikan diri. Ada sisa ruangan untuk gudang atau ruang kerja.

Feng shui

Memilih rumah kadang gampang-gampang susah atau susah-susah gampang. Biasanya tergantung cocok-cocokan atau intuisi kita. Saat ini ada beberapa macam rumah tinggal, yakni di wilayah biasa, kompleks perumahan, sampai flat atau apartemen.

"Saya ingin membeli rumah sesuai feng shui," begitulah keinginan sebagian warga. Mereka percaya rumah yang sesuai  feng shui adalah rumah hoki. Boleh dibilang feng shui adalah pengetahuan tentang tata bangunan. Pengetahuan ini berasal dari Tiongkok kuno. Usianya sudah ribuan tahun. Di Indonesia pengetahuan ini sudah dikenal sejak lama.

Dilihat dari kata-katanya, feng berarti air dan shui berarti angin. Jadi feng shui adalah seni merancang rumah untuk menunjang keberhasilan seseorang dalam kehidupan, kesehatan, rezeki, dan kebahagiaan.

Feng shui berprinsip pada konsep yin dan yang, yakni energi negatif dan energi positif yang menghubungkan manusia dengan lingkungan.

Prinsip lima elemen atau lima unsur berperan dalam hitungan feng shui. Kelima elemen itu berinteraksi saling menguntungkan dan saling merugikan, yakni kayu, api, tanah, logam, dan air. Kayu menghidupkan api, api mengeraskan tanah, tanah mengandung logam, logam menampung air, dan air menyirami kayu. Demikian siklus saling menguntungkan.

Lalu ada lagi siklus saling merugikan, yakni kayu merusak tanah, tanah membendung air, air memadamkan api, api melelehkan logam, dan logam memotong kayu. Setiap elemen dikaitkan dengan warna dan arah.

Konsep delapan arah berpedoman pada kompas, yakni selatan, barat daya, barat, barat laut, utara, timur laut, timur, dan tenggara. Setiap arah diwakili bentuk (seperti segitiga dan kotak) dan warna (antara lain merah, hijau, putih, dan hitam).

Angka KUA

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline