Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Dari Corat-coret hingga Pencurian Patung Kuno, padahal Lokasi Sulit Dicapai

Diperbarui: 23 Agustus 2020   09:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Corat-coret (vandalisme) pada dinding gua purba (Foto: Feri Latief)

Bisa dipastikan sebagian besar masyarakat belum tahu apa yang disebut gambar cadas prasejarah. Namun kalau disebut lukisan pada gua purba, mungkin banyak yang lebih tahu. Maklum, istilah lukisan gua sudah populer lebih dulu daripada gambar cadas. Silakan baca tulisan saya [yang ini] dan [yang itu].

Kurang tepat memang kalau disebut lukisan gua. Soalnya lukisan purba yang berusia ribuan tahun, bukan hanya terdapat pada dinding dua. Banyak lukisan purba juga terdapat pada dinding bukit atau tebing. Bahkan pada tebing di sisi laut. Ada yang mudah dilihat, ada pula yang sukar dilihat dari kejauhan.

Gambar cadas prasejarah terdapat di banyak situs arkeologi. Situs yang sukar dicapai berada di Misool, Papua. Untuk perjalanan ke sana, perlu menyewa perahu sekitar Rp 1,5 juta. Perairan Misool sungguh bersih, maklum jarang didatangi orang.

Mencapai gua purba butuh perjuangan (Foto: Feri Latief)

Gua dan tebing

Cerita tentang gambar cadas prasejarah dari Misool, diperbincangkan pada acara "Fotografer Kepoin Arkeolog" di Instagram Live pada Sabtu, 22 Agustus 2020. Fotografer Feri Latief pernah mengunjungi beberapa situs gambar cadas, termasuk di Misool. 

Jadi ia banyak tahu tentang gambar cadas purba. Banyak foto hasil karya Feri Latief termuat dalam buku Gambar Cadas Prasejarah di Indonesia terbitan Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Kemendikbud (2015).

Lawan bicara Feri adalah Yosua Adrian Pasaribu. Ia arkeolog muda yang mendokumentasikan gambar-gambar cadas di banyak situs arkeologi. Soal Misool ia banyak tahu.

Dari pembicaraan mereka berdua, kita tahu bahwa corat-coret atau vandalisme ada pada dinding gua. Nah, inilah penyakit bangsa kita. Selalu 'meninggalkan jejak' bahwa mereka telah berkunjung ke sebuah situs.  

Yosua memperlihatkan foto patung yang kini telah hilang (Foto dari tangkapan layar IG Live)

Vandalisme memang sulit pengawasan. Bayangkan, siapa yang mampu sering-sering mengawasi kalau situs arkeologi itu sulit dicapai. Jelas perlu kesadaran dari kita untuk mengapresiasi tinggalan-tinggalan manusia yang hidup pada masa lampau.

Sebenarnya di wilayah itu ada petugas rangers. Namun tugas mereka berhubungan dengan alam, misalnya melarang pemancing ilegal atau melarang pembuangan sampah ke laut. Tugas mereka belum mencakup ke budaya.

Seharusnya ada pendidikan buat para rangers itu untuk melestarikan tinggalan budaya yang sudah berusia tua itu. Apalagi di sana pernah ada pencurian patung kayu kuno setinggi kira-kira satu meter, berikut keramik dan tengkorak kepala.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline