Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Generasi Lalu Berikrar Sumpah Pemuda, Generasi Sekarang Harus Merawat Kebhinekaan

Diperbarui: 18 Juli 2020   14:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diorama tentang W.R. Supratman sedang memainkan biola di Museum Sumpah Pemuda (Dokpri)

Sumpah Pemuda pertama kali diikrarkan pada 28 Oktober 1928 di Jalan Kramat Raya Nomor 106, Jakarta Pusat. Di situlah kita mengenal satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa, yakni Indonesia. Di situ pula lagu Indonesia Raya pertama kali berkumandang lewat alunan biola W.R. Supratman.

Berkat Sumpah Pemuda, maka proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, tercapai. Tentu saja atas perjuangan dan kerja keras para pemuda yang ada pada masa itu.  

Dalam rangka menyongsong 92 tahun Sumpah Pemuda, Museum Sumpah Pemuda bekerja sama dengan Komunitas Jelajah mengadakan Webinar dengan Tema "Sumpah Pemuda: Dulu, Kini, dan Nanti". Webinar diselenggarakan melalui aplikasi Zoom dan kanal Youtube Muspada selama dua hari, yakni Sabtu, 18 Juli 2020 dan Minggu, 19 Juli 2020.   

Webinar itu dibuka oleh Dirjen Kebudayaan Pak Hilmar Farid, setelah sebelumnya Kepala Museum Sumpah Pemuda Ibu Titik Umi Kurniawati memberikan laporan.

Atas: Pak Indroyono (kiri) dan Ibu Henny (kanan); Bawah: Pak Sumardiansyah (kiri) dan Ibu Umi (kanan)/Foto: Muspada

Jati diti bangsa

Webinar sesi pertama menampilkan Pak Dwisuryo Indroyono Soesilo dengan tema Perjalanan bangsa Indonesia membentuk identitas dan jati diri bangsa. Pak Indroyono adalah pendiri Museum Soesilo Soedarman di Purwokerto.

Menurut Pak Indroyono, setiap generasi punya romantisme masing-masing. Generasi terdahulu sudah berperan. Maka untuk generasi sekarang, katanya, ambil yang bagus dan buang yang jelek.

Pak Indroyono mencontohkan pula pemuda Habibie. Sebagai orang Indonesia, prestasi Habibie begitu hebat. Ia sempat memimpin perusahaan di Jerman. Kelak, Habibie menjadi Presiden ke-3 RI.

Hal lain yang disoroti Pak Indroyono adalah masalah Perpres 2017 tentang pendidikan karakter. Entah bagaimana kelanjutan hal tersebut. Beliau berharap tidak terjadi tumpang tindih atau saling oper antarinstansi. "Masak capek-capek buat, tiga tahun gak ada apa-apa. Jangan ganti pejabat ganti kebijakan," katanya.

Soal dana BOS juga sempat disinggung. Nah, pemakaian dana BOS bikin takut sekolah. Apalagi ada ancaman 'kena temuan'. Masalah ipoleksosbudhankam menjadi pembicaraan selanjutnya, termasuk dana bidang kebudayaan yang tergolong kecil.

Pak Indroyono berhadap negara Indonesia akan bertahan lama. Ia mencontohkan Majapahit bertahan 250 tahun, Kerajaan Demak bertahan 50 tahun, dan Kesultanan Bone bertahan 70 tahun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline