Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Perlu Tenaga Kreatif dan Inovatif untuk Menyelamatkan Museum Swasta Akibat Pandemi

Diperbarui: 8 Juli 2020   19:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembatasan jumlah pengunjung di Museum Nasional (Foto: Museum Nasional)

Dampak pandemi covid-19 telah melanda dunia sejak beberapa bulan lalu. Banyak perusahaan telah merumahkan karyawan, bahkan menyatakan diri bangkrut atau pailit. Dampak di bidang ekonomi memang paling terasa.

Dampak pandemi juga dirasakan museum-museum di seluruh dunia. Menurut UNESCO dan Dewan Museum Internasional (International Council of Museums-ICOM), sejak merebak wabah covid-19, 90% dari 85 ribu museum di dunia, tidak membuka kunjungan publik. Diperkirakan hampir 13% dari museum itu tidak akan pernah buka kembali setelah pandemi mereda. Dengan kata lain museum akan tutup permanen.  

Di Indonesia pun demikian. Sejak pandemi, banyak museum swasta/pribadi telah merumahkan karyawan. Saat ini memang museum boleh dibuka untuk publik secara terbatas. Namun banyak museum swasta masih mengandalkan donatur atau sponsor. 

Kalaupun usaha mandiri, hanya tergantung tiket masuk, penjualan cenderamata, dan persewaan ruangan. Dengan operasi terbatas tentu saja museum swasta tidak bisa mempertahankan biaya operasional.

Kita tidak tahu kapan pandemi akan berakhir. Yang jelas sejak beberapa bulan lalu museum telah mengalami perubahan dalam berkegiatan. Pameran daring, seminar daring, virtual tour, kuis, dan berbagai lomba telah menghiasi jagat maya.

Kalau museum-museum swasta terkendala dana, tidaklah demikian dengan museum-museum pemerintah. Museum pemerintah tidak mengandalkan pemasukan publik. Mereka punya dana APBN/APBD. Maka museum-museum pemerintah masih mampu bertahan meskipun dengan anggaran lebih rendah.

Pengunjung museum di Belanda sedang menunggu giliran masuk (Foto: Anne)

Tiga negara

Masalah di tiga negara: Indonesia, Belanda, dan Malaysia boleh dibilang sama. Ini terungkap pada seminar daring bertajuk "Prospect of Reopening of Museums in the New Normal" yang diadakan oleh Museum Nasional pada Rabu, 8 Juli 2020. 

Tiga pembicara yang tampil Ibu Dyah Sulistiyani (Museum Nasional Indonesia), Ibu Anne Marie (Museum Volkenkunde Belanda), dan Pak Zamrul Amri (Muzium Negara Malaysia). Sebagai moderator dan penerjemah Mas Khanifudin dan Mbak Santi.

Sebelumnya Dirjen Kebudayaan Pak Hilmar Farid memberikan kata pengantar. Menurut Pak Hilmar, setelah masa pandemi berakhir, museum akan mengalami perubahan. Untuk itu, katanya, museum yang tergantung pemasukan publik harus mencari cara lain.

Di lingkungan Ditjen Kebudayaan, museum akan dijadikan Badan Layanan Umum (BLU). BLU membolehkan museum untuk mencari dana sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline