Pasti masyarakat awam belum banyak tahu kalau setiap 21 Maret diperingati sebagai Hari Puisi Sedunia atau World Poetry Day (WPD). Pertama kali WPD disahkan oleh UNESCO pada 21 Maret 1999. Berarti tahun ini telah mencapai 21 tahun.
Berbarengan dengan WPD saya mendapat kiriman buku puisi karya Berthold Sinaulan. Ia seorang Kompasianer dengan nama panggilan Berty Sinaulan. Berty adalah rekan saya sesama lulusan Jurusan Arkeologi UI. Ia pernah menjadi wartawan media cetak. Kini ia aktif di Kwartir Nasional Gerakan Pramuka sebagai Wakil Ketua Kwarnas/Ketua Komisi Kehumasan dan Informatika.
Buku kumpulan puisinya itu diberi judul Amerika Serikat Kini Kukembali, diterbitkan oleh Nulisbuku. Buku ini tergolong istimewa karena merupakan catatan hariannya mengikuti Jambore Kepanduan Sedunia ke-24. Jambore itu diadakan di Amerika Serikat pada 22 Juli sampai 2 Agustus 2019.
Ada 31 puisi dalam buku tersebut. Dimulai menjelang keberangkatan dan seusai perhelatan akbar internasional itu.
"Logbook"
Dalam Gerakan Pramuka dikenal istilah logbook, yakni buku catatan regu atau pribadi. Biasanya logbook dibuat saat suatu kelompok atau pribadi mengikuti kegiatan kepramukaan yang cukup lama. Dalam logbook dicatat berbagai hal terkait kegiatan yang diikuti, seperti nama acara, tempat kegiatan, siapa saja yang ikut, bagaimana aktivitas tersebut dilaksanakan, tentu saja termasuk hal-hal unik yang terjadi selama kegiatan tersebut.
Biasanya logbook ditulis dengan gaya bercerita. Namun beda dengan buku ini, ditulis dalam bentuk puisi. "Penerbitan ini menambah publikasi dan dokumentasi Gerakan Pramuka," demikian Ketua Kwarnas Gerakan Pramuka, Kak Budi Waseso, dalam sambutannya. Kak merupakan sebutan khusus dalam pramuka.
"Keunikan dari logbook karya Kak Berthold kali ini adalah ditulis dalam bentuk puisi. Itulah sebabnya, selain sebagai dokumentasi catatan sejarah, karyanya juga sekaligus merupakan karya seni sastra yang menarik," begitu tambah Kak Budi Waseso.
Ketua Indonesia Scout Journalist, Kak Djoko Adi Walujo juga turut memberikan sambutan. "Kumpulan puisi ini sangat memberi arti, kadang bertindak sebagtai dokumentasi tapi juga sebagai ensiklopedia, tentang peristiwa sejarah kepramukaan. Karya Kak Berthold memotret secara detail suasana ketika itu, bahwa yang tidak tersentuh pikiran sempat pula dibentangkan," kata Kak Djoko.
Terlambat
Seharusnya buku kumpulan puisi ini terbit pada Desember 2019. Namun ketika itu terkendala pada ISBN (International Standard Book Number) dari Perpustakaan Nasional RI. Tentu saja lebih baik terbit terlambat daripada tidak terbit.