Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Wisata Ilmiah di Galeri Riset Kesehatan

Diperbarui: 10 Desember 2019   21:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengunjung di Galeri Riset Kesehatan (Dokpri)

Temu Mugalemon (Museum, Galeri, Monumen) kembali digelar oleh AMIDA (Asosiasi Museum Indonesia Daerah) DKI Jakarta "Paramita Jaya". Di pengujung tahun ini, kegiatan berlangsung di Galeri Riset Kesehatan milik Balitbang Kesehatan, di Jalan Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat, pada 10  Desember 2019. 

Balitbang Kesehatan sendiri memiliki berbagai kegiatan menyambut 44 tahun usianya. Di antaranya pengayaan pengetahuan tentang "Penyusunan Kebijakan dan Prosedur Standar Operasional Pengelolaan Museum di Era Industri.4.0 dan Society 5.0" oleh Pak Prioyulianto Hutomo. Pak Prio merupakan arkeolog yang pernah menjadi kepala museum dan staf di Direktorat Permuseuman. Bertindak sebagai moderator dalam kegiatan itu Kang Asep Kambali.

Kegiatan dibuka oleh tuan rumah, Kepala Balitbang Kesehatan Pak Siswanto. Selanjutnya Ketua AMIDA DKI Jakarta Paramita Jaya, Pak Yiyok T. Herlambang, mengucapkan terima kasih atas fasilitasi yang diberikan Balitbang Kesehatan. Temu Mugalemon dihadiri para pengelola museum, komunitas museum, dan para mahasiswa. Kali ini acara tergolong istimewa karena dihadiri calon-calon Duta Museum DKI Jakarta.

Kiri: Kang Asep Kambali dan kanan: Pak Prioyulianto (Dokpri)

Visi dan misi

Pak Prio mengemukakan pentingnya museum memiliki visi dan misi. Visi dan misi disesuaikan dengan koleksi masing-masing museum. Visi museum yang penting adalah 'melestarikan' dan 'mengomunikasikan kepada masyarakat' untuk generasi saat ini dan generasi akan datang. Sementara misi yang penting adalah mengumpulkan, merawat, meneliti, dan mengomunikasikan koleksi melalui pameran serta program-programnya untuk pendidikan dan menginspirasi generasi muda.  

Kata Pak Prio museum harus tetap menonjolkan segi pendidikan. Soalnya museum merupakan lembaga pendidikan informal, sebagai pelengkap dari pelajaran formal di kelas.

Banyak pertanyaan dalam kesempatan itu. Peserta dari Museum Santa Maria bertanya masalah koleksi yang berasal dari pembelian. Menurut Pak Prio boleh saja, tentu setelah terlebih dulu dilakukan kajian oleh tim, yang antara lain kurator museum tersebut. Peserta yang pernah menangani Museum Jamu bertanya soal koleksi alat penumbuk bahan jamu yang sukar diperoleh. Pak Prio menjelaskan, boleh saja dibuat baru atau replika, namun harus diberi informasi bahwa koleksi itu buatan baru.  

Ada lagi yang bertanya tentang koleksi yang tidak sesuai dengan visi misi museum. Menurut Pak Prio, mungkin karena Peraturan Pemerintah soal permuseuman baru dikeluarkan pada 2015. Selanjutnya museum harus mengikuti peraturan tersebut.

Seorang calon Duta Museum ikut bertanya soal wisata di museum. Pak Prio mengatakan wisata di museum termasuk wisata budaya. Kalau ada rombongan wisatawan, Duta Museum hanya mengantarkan sampai museum. Selebihnya pemandu museum setempatlah yang bertugas.

Selain soal kurator, Pak Prio menekankan pentingnya peran edukator museum. "Pemandu museum beda dengan edukator. Edukator bisa menjadi pemandu museum. Tapi pemandu museum bukanlah edukator," katanya.

Seorang pengunjung serius mengamati koleksi obat tradisional (Dokpri)

Wisata ilmiah
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline