Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Madu Lebah Klanceng untuk Kesuburan

Diperbarui: 19 Oktober 2019   18:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Madu lebah klanceng (Dokpri)

Acara Temu Mugalemon (Museum-Galeri-Monumen) kali ini bukan soal museum, namun berkenaan dengan koleksi museum. Karena berlangsung di Museum Serangga di TMII, maka pembicaraan mengenai lebah. Topik yang diambil budidaya lebah klanceng dengan pembicara Pak Nadzirum Mubin dari IPB.

Kebetulan 18-19 Oktober 2019 museum-museum di TMII yang tergabung dalam AMIKA TMII menyelenggarakan Gebyar Pesona Museum Nusantara. Ini dalam rangka menyambut Hari Museum Indonesia 12 Oktober lalu. Kegiatan kali ini merupakan kerja sama AMIKA TMII dengan Paramita Jaya, yakni asosiasi museum di DKI Jakarta.

Pemaparan oleh Pak Mubin (Dokpri)

Lalat

Menurut Pak Mubin, hampir semua penyerbukan dilakukan oleh lebah. Sebagian kecil oleh kumbang, kupu-kupu, dan burung. Lebah sendiri menghasilkan madu, polen, dan propolis. Lebah klanceng, menurut Pak Mubin, berbeda dengan lebah madu. Lebah madu berukuran 1,8-2,5 cm, sementara lebah klanceng 0,5-1 cm. Ukurannya seperti lalat.

Setelah pemaparan dan tanya jawab, peserta diajak melihat cara beternak lebah klanceng di halaman Museum Serangga. Ada sebuah kotak kayu berbentuk empat persegi panjang. Di dalamnya ada lebah klanceng dan madu.

Para peserta dipersilakan mencicipi madu dari lebah klanceng. Ternyata rasanya tidak manis seperti madu umumnya, melainkan agak asem. Pak Mubin bilang, salah satu manfaat madu ini untuk menambah kesuburan.

Pemotongan tumpeng oleh Ibu Dedah (Dokpri)

Selamatan

Dari Museum Serangga, peserta menuju Museum Pusaka. Letaknya hampir berdampingan, hanya diapit oleh Museum Batik Indonesia. Di Museum Pusaka diselenggarakan selamatan atau syukuran menyambut Hari Museum Indonesia. Hadir Ketua Paramita Jaya Pak Yiyok T. Herlambang, Ketua AMIKA TMII Pak Sigit Gunarjo yang juga sebagai Plh. Direktur Penelitian, Pengembangan, dan Budaya TMII, Direktur TMII Pak Tantribali Lamo, dan Kasubdit Permuseuman, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Ibu Dedah R. Sri Handari.

Pada kesempatan itu Ibu Dedah memotong tumpeng dan diserahkan kepada Pak Lamo. Selanjutnya para peserta dan karyawan Museum Pusaka makan bersama.

Para peserta mendapat kesempatan melihat cara membuat keris dari besi tebal. Letaknya di sebelah kanan luar Museum Pusaka. Meskipun hanya singkat, cukup membuka keingintahuan peserta.

Hari ini, Sabtu, 19 Oktober 2019 acara Gebyar Pesona Museum Nusantara masih berlangsung sore hari. Acaranya berupa diskusi buku. Malam harinya disambung dengan 'ludruk ala orang museum'. "Semakin banyak salah, akan semakin lucu," kata Pak Sigit. Selain Pak Sigit, ikut bermain Pak Yiyok dan beberapa kepala museum di TMII.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline