Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Ternyata pada Uang Kertas Terdapat Berbagai Motif Wastra

Diperbarui: 11 Oktober 2019   16:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Motif lurik pada uang kertas (Dokpri)

Hari ke-4 perayaan Hari Museum Indonesia (HMI) masih diisi dengan berbagai kegiatan untuk kalangan museum dan komunitas, juga masyarakat umum.

Hari Kamis, 10 Oktober 2019, diisi dengan Seminar Nasional "Langkah Inovatif Museum Universitas untuk Mendukung Daya Saing Bangsa di Era Revolusi Industri 4.0". Kegiatan itu dibuka bersamaan dengan Pekan Numismatik yang bertema "Menguntai Rupamakna Lembar Mulia Nusantara".

Pada seminar nasional berbicara Pak Onny dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Ibu Dedah dari Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Ibu Erlina dari Museum Pendidikan Nasional di Bandung, dan Ibu Musiana dari Komunitas Jelajah, dengan moderator Mas Asnan dari Museum Sandi Yogyakarta. Sebelumnya Ibu Paris dari Kemristekdikti menjadi pembicara kunci.

Seminar nasional museum universitas (Dokpri)

Undang-undang
Ibu Erlina mengatakan penyelenggaraan pendidikan nasional sudah tertuang dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003. Di situ dikatakan, dalam rangka menghadapi perkembangan dunia yang makin mengutamakan basis ilmu pengetahuan, pendidikan tinggi diharapkan mampu menjalankan peran strategis dalam memajukan peradaban dan kesejahteraan umat manusia.

Pada bagian lain disebutkan perguruan tinggi sebagai lembaga yang memiliki otonomi pengelolaan sendiri sesuai dengan dasar dan tujuan serta kemampuan perguruan tinggi masing-masing, dapat mengembangkan museum sebagai salah satu keunggulan, keunikan citra kampus yang peduli peradaban bangsa dan perkembangan kebudayaan umat manusia.

"Tantangan selanjutnya adalah museum universitas diharapkan tidak hanya menguasai teknologi media baru, tetapi juga mampu berkolaborasi dengan masyarakat penggunanya. Selain itu menguatkan peran museum universitas dengan menciptakan kebutuhan pemanfaatan museum universitas sebagai fasilitator kesejahteraan psikologis," demikian Ibu Erlina.

Pameran wastra pada mata uang (Dokpri)

Uang kuno
Setelah kegiatan seminar nasional dan pekan numismatik dibuka resmi oleh Pak Onny, peserta diajak mengunjungi bursa numismatik. Ada penjualan uang kertas dan uang logam (koin).

Dalam bayangan masyarakat awam, mungkin semua uang logam lama, yang mereka sebut uang kuno, berharga mahal. Padahal, dalam bursa numismatik disediakan banyak koleksi yang harganya terjangkau oleh numismatis pemula.

Uang lama Indonesia dan mancanegara disediakan oleh beberapa peserta. Ada belasan meja untuk bursa numismatik. Ada lagi meja yang menjual lukisan tokoh-tokoh Indonesia yang pernah diabadikan dalam uang. Pelukis uang dikenal dengan istilah delinavit. Perhatikan pada bagian bawah uang kertas, ada tulisan del. Nah, itulah delinavit.

Diobral...diobral...cuma dua ribu (Dokpri)

Ternyata wastra terdapat dalam mata uang. Pada nominal Rp 10.000 emisi 1979, misalnya, terdapat motif kain lurik Yogyakarta. Motif lurik telupat, tepatnya.

Telupat merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa, telu (tiga) dan papat (empat). Kalau dijumlahkan menghasilkan angka tujuh, angka keramat yang melambangkan kehidupan dan kemakmuran. Banyak motif lain terdapat pada berbagai nominal.

Pameran wastra dalam mata uang diselenggarakan di lantai 2. Silakan tanya lokasi pameran temporer atau pameran wastra kepada petugas Museum Bank Indonesia. Sementara pekan numismatik berlangsung di lantai bawah dalam sebuah tenda besar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline