Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Berbagai Workshop Gratis di Kotatua Jakarta

Diperbarui: 9 Oktober 2019   01:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Workshop melukis di Taman Fatahillah (Foto: Museum Basoeki Abdullah)

Setelah dibuka pada 7 Oktober 2019, rangkaian Hari Museum Indonesia (HMI) mulai semarak oleh berbagai kegiatan. Kegiatan pertama pada Selasa, 8 Oktober 2019 berlangsung di Museum Bank Indonesia (MBI). MBI berlokasi tidak jauh dari Taman Fatahillah, Kotatua Jakarta, tempat HMI dipusatkan. Kegiatan di MBI berupa dialog kuratorial museum "Adaptasi museum terhadap revolusi industri 4.0". Sebagian besar peserta merupakan staf museum yang pernah mengikuti bimbingan teknis kurator. Kegiatan berlangsung mulai pukul 08.00.

Tidak jauh dari MBI ada Museum Bahari. Kegiatan memperingati HMI juga berlangsung di sana berupa seminar tentang arsip rahasia.

Di Taman Fatahillah, Museum Basoeki Abdullah menyelenggarakan workshop melukis "Mitos, dongeng, dan legenda" tingkat SMTA/sederajat se-Jabodetabek. Gratis loh. Kegiatan diikuti 126 peserta dari 37 sekolah. Pada kesempatan itu dipilih beberapa pemenang. Mereka memperoleh hadiah.

Workshop Pemandu Museum (Dokpri)

Pemandu Museum

Siangnya di Museum Seni Rupa dan Keramik diadakan workshop Pemanduan Museum untuk anggota pramuka. Sebagian kecil berasal dari kalangan SMK. Narasumber dalam kegiatan itu adalah Pak Berthold, pewarta yang juga wakil ketua Kwarnas dan Pak Alex, pemandu berpengalaman di Museum Sejarah Jakarta. Kegiatan itu dimoderatori oleh Mas Dhanu.

Pak Berthold dan Pak Alex memberikan panduan cara dan teknik memandu. Menurut Pak Berthold, pemandu harus memiliki 7 Sa, yakni salam, sapa, santun, sabar, sahabat, sadar, dan saran. 

Sebagai pemandu museum, Pak Alex mengatakan, pertama harus memberikan salam pembuka sambil memperkenalkan nama, pemandu harus berpakaian rapi, memakai sepatu, mengenakan ID Card, menunjuk dengan tangan kanan, selama memandu tidak boleh menelepon, jangan memasukkan tangan ke dalam kantong, jangan memakai topi, jangan memakai masker, jangan membelakangi pengunjung, dan memohon maaf atas nama museum dalam kata penutup.

Setelah teori dan tanya jawab, para peserta dibagi ke dalam empat kelompok. Semuanya mendapat praktek pemanduan di Museum Sejarah Jakarta, yang letaknya hanya berseberangan dari Museum Seni Rupa dan Keramik. Sebelum praktek, Kepala UP Museum Kesejarahan Jakarta Ibu Ati memberikan sambutan selamat datang.

Praktik pemanduan diberikan oleh pemandu senior di Museum Sejarah Jakarta. Setiap kelompok dibawa ke satu ruangan. Ada peserta yang berani, ada yang masih malu-malu, dan ada yang agak gugup. Tapi kata Pak Alex, latihan pemandu tidak membuat peserta langsung dapat memandu. Perlu latihan berkali-kali.

Permainan musik oleh anak-anak berkebutuhan khusus (Foto: Ibu Hasijani)

Musik

Masih berkenaan dengan HMI, di panggung Taman Fatahillah berlangsung panggung musik akustik. Yang memainkannya anak-anak berkebutuhan khusus sehingga mengundang keharuan para penonton.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline