Nama Alex dan Bendy sudah dikenal di kalangan pemandu museum Jakarta. Pemandu museum bagian dari pemandu wisata. Namun lebih spesialis karena harus mengetahui sejarah bangunan dan koleksi museum.
Pengalaman Pak Alex dan Pak Bendy di bidang pemanduan museum, dibagikan kepada masyarakat umum di Museum Kebangkitan Nasional, Jumat, 12 Juli 2019. Kegiatannya bertajuk Lokakarya Kepemanduan Museum untuk Masyarakat Umum, didukung oleh Ikatan Pemandu Museum Indonesia (IPMI) dan Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI). Museum Kebangkitan Nasional memang mempunyai program edukasi dalam rangka mewujudkan program yang lebih besar Belajar Bersama di Museum (BBM).
Kepala Museum Kebangkitan Nasional Pak Mardi Thesianto mengharapkan nantinya ada masyarakat umum yang bisa dilibatkan sebagai volunter museum. Bahkan bukan hanya pameran tetap tetapi juga pada pameran temporer dan kegiatan Museum Kebangkitan Nasional lainnya.
Becanda
Kegiatan lokakarya diikuti 30 peserta terdiri atas guru sejarah, pelajar SMK, mahasiswa sejarah, dan umum. Sudah tiga kali kegiatan seperti ini dilaksanakan di Museum Kebangkitan Nasional dengan peserta yang berbeda. Memang jumlah segitu idealnya, kata Pak Bendy untuk memandu setiap rombongan.
Suasana lokakarya berjalan santai dan penuh tawa. Pak Bendy dan Pak Alex memaparkan pengalamannya secara ringan. Mungkin karena tidak ilmiah jadi mudah diserap peserta yang umumnya generasi milenial. Ada interaksi antara pemapar dengan peserta.
"Jadi pemandu harus bisa melihat suasana. Kita juga harus becanda dengan rombongan supaya tidak membosankan," kata Pak Alex dan Pak Bendy.
Beberapa kiat menjadi pemandu, antara lain tangan jangan dimasukkan ke dalam kantong, memakai baju yang ada kerah, memakai sepatu, jangan memainkan ponsel selama memandu, pemandu harus melihat ke arah rombongan, jangan menunjuk dengan telunjuk tetapi memakai jempol, dan jangan menggunakan tangan kiri.
[Sebelumnya saya pernah menulis di sini ]