Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Keramik Kuno Berfungsi sebagai Pemberat Kapal

Diperbarui: 28 April 2019   09:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pameran keramik kuno dan keramik modern di Museum Seni Rupa dan Keramik (Dokpri)

Menyambut bulan Ramadhan sekaligus ulang tahun Jakarta pada 22 Juni, Museum Seni Rupa dan Keramik di kawasan Kotatua Jakarta menggelar pameran bertajuk "Seni Alih-Alih Keramik, Aksi Sang Perupa". Pameran dibuka pada Sabtu, 27 April 2019 oleh Sekretaris Disparbud DKI Jakarta Bapak Asiantoro dan akan berlangsung hingga 16 Juni 2019.

"Pameran ini menyajikan artefak pecahan keramik temuan di kawasan Batavia dan situs Banten Lama, serta mengusung karya seniman keramik ibu kota Jakarta dan karya siswa berkebutuhan khusus dalam merespon keindahan ragam hias atau keunikan bentuk artefak hasil temuan," kata Ibu Esti Utami, Kepala UP Museum Seni, yang membawahi Museum Seni Rupa dan Keramik. 

Ibu Esti menaruh harapan pula agar Museum Seni Rupa dan Keramik semakin dapat menunjukkan eksistensinya, berperan sebagai sumber informasi bagi masyarakat, sumber inspirasi bagi para pelaku seni dan industri kreatif, serta sebagai rumah budaya bagi masyarakat.

Peresmian pameran dilakukan oleh Pak Asiantoro dengan memberi dekorasi pada gerabah yang disediakan. Cukup terampil Pak Asiantoro menggoresi tanah liat yang masih basah itu.

Pecahan keramik kuno temuan dari Batavia dan Banten Lama (Dokpri)

Arkeologi

Keramik kuno dan keramik modern berpadu di sini. Banyak keramik modern terinspirasi dari keramik kuno. "Atas nama seni, mereka rekakarya, ubah dinding gua jadi galeri kehidupan. Cukup lama sudah mereka mainkan seni alih-alih. Ubah tanah, air, dan api. 

Reka lempung sampai ke tepi-tepi imaginya, cipta dunia visual bagi kerabat dan masyarakatnya," demikian Ibu Naniek Harkantiningsih dalam pengantar kuratorial sebagaimana beliau tulis dalam buku panduan. Ibu Naniek yang bergelar Profesor Riset adalah ahli keramik dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Dalam ruang pameran pengunjung bisa melihat pecahan-pecahan keramik kuno dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa. Rata-rata keramik kuno itu memiliki pertanggalan abad ke-15 hingga ke-19. Meskipun berupa pecahan, tapi informasi yang dikandung sering kali amat mendalam. Benda-benda seperti itu menjadi 'mainan' para arkeolog. 

Pengunjung dan keramik modern (Dok. MSRK)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline