Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Teater Koma Meriahkan Silaturahmi Komunitas di Museum Bank Indonesia

Diperbarui: 6 Februari 2019   20:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu ruang pamer Museum Bank Indonesia (Foto: jejakpiknik.com)

"Bukan museum biasa," begitulah sebagian jingle Museum Bank Indonesia yang dibawakan sejumlah karyawan Museum Bank Indonesia. Para pengiring pun berasal dari karyawan. Itulah lagu pengiring acara pembukaan kegiatan.

Kamis, 31 Januari 2019, Museum Bank Indonesia kembali menyelenggarakan acara santai. Acara itu diikuti sejumlah komunitas museum dan instansi museum di kawasan Kota Tua Jakarta.  Nama acaranya "Silaturahmi Museum, Komunitas Museum, dan Sahabat Museum di Kota Tua Jakarta".

Sore itu auditorium Museum Bank Indonesia terasa padat. Sekitar 60 orang memenuhi ruangan tersebut. Turut hadir Bapak Yiyok T. Herlambang, Ketua Asosiasi Museum Indonesia Jakarta Raya "Paramita Jaya". Pak Yiyok pernah menjabat Kepala Museum Bank Indonesia.

Acara diawali sambutan Pak Dandy Indarto Seno, yang baru menjabat Kepala Museum Bank Indonesia. Karena baru saja masuk dunia permuseuman, beliau mengharapkan kerja sama dengan komunitas dan mitra-mitra lain. Direktur Departemen Komunikasi Pak Agusman ikut memberikan sambutan. Beliau menyambut baik upaya yang dilakukan oleh Museum Bank Indonesia.

Karyawan Museum Bank Indonesia menyanyikan jingle Museum Bank Indonesia (Dokpri)

Kampua

Pentas Teater Koma menjadi 'bintang' dalam silaturahmi tersebut. Dikisahkan seorang reporter TV mewawancarai uang-uang lama untuk berjalan ke masa depan. Yang pertama tampil Gobog dari Kerajaan Majapahit.

Gobog Majapahit berbentuk lingkaran dengan lubang segiempat di bagian tengah. Salah satu sisi dihiasi beberapa gambar. Tulisan pada koin beraksara Jawa Kuno. Koin tersebut menjadi alat tukar penting pada abad ke-14.

Berikutnya muncul Gobog Banten. Berbeda dengan Gobog Majapahit, dikatakan Gobog Banten hanya terdiri atas satu mula bertuliskan aksara Arab. Maklum Banten memang merupakan Kesultanan Islam.

Uang Kampua atau Bida muncul kemudian. Uang ini sangat unik karena terbuat dari kain yang ditenun oleh putri-putri keraton. Ukuran uang sebesar telapak tangan perdana menteri ketika itu. Corak uang kampua sangat beragam. Semakin banyak benang berwarna-warni, semakin tinggi nilainya.

Pentas Teater Koma bercerita tentang numismatik (Dokpri)

Museum Uang

Museum Bank Indonesia merupakan museum uang terbesar di Indonesia. Koleksinya amat beragam, termasuk kategori "specimen". "Specimen" merupakan contoh mata uang sebelum diterbitkan secara resmi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline