Setelah April 2018 lalu didiskusikan, mulai 3 Oktober 2018 Museum Sumpah Pemuda menyelenggarakan pameran tokoh bertema "Sarmidi Mangunsarkoro, Pendidik dan Pejuang Tiga Zaman".
Acara didahului laporan dari Kepala Museum Sumpah Pemuda, Ibu Huriyati. Selanjutnya pengumuman pemenang lomba karya tulis ilmiah tentang sumpah pemuda oleh para guru. Turut memberikan sambutan dalam kegiatan itu Ibu Ani dari keluarga Mangunsarkoro. Sambutan terakhir diberikan oleh Ibu Dedah R. Sri Handari, Kasubdit Permuseuman, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman.
Setelah dari panggung, para undangan diajak menuju auditorium. Ibu Dedah, Ibu Huriyati, dan Ibu Ani, secara bersama-sama melakukan pengguntingan pita tanda peresmian pameran. Direncanakan pameran akan berlangsung selama sebulan, tepatnya sampai 3 November 2018.
Lima topik
Di ruang pameran, para undangan dipandu Mas Bakhti, yang sehari-hari memang edukator di Museum Sumpah Pemuda. Ada lima topik yang disajikan dalam pameran. Kelima topik itu disajikan dalam belasan panel. Topik pertama tentang "Keluarga dan Pendidikan". Diceritakan, Sarmidi berasal dari keluarga priyayi.
Karena itu pendidikan Sarmidi cukup baik. Ia pernah menempuh pendidikan di sekolah teknik mengambil Teknik Bangunan Air. Di situ ia bergabung dengan organisasi kepemudaan Trikoro Darmo yang kemudian menjadi Jong Java. Nah, soal Sarmidi Mangunsarkoro saya pernah menulis di Di Sini.
Setelah dari sekolah teknik, ia melanjutkan ke sekolah guru. Ketika di perguruan tinggi, ia memasuki Fakultas Hukum karena tertarik Ilmu-ilmu Sosiologi.
Tamansiswa
Topik kedua tentang "Perjuangan di Tamansiswa". Dikisahkan, setelah lulus dari sekolah guru di Jakarta, ia kembali ke Yogyakarta dan mengajar di Tamansiswa. Selain aktif di Jong Java cabang Yogyakarta, ia ikut mendirikan organisasi Pemuda Indonesia cabang Yogyakarta. Karena itu pada Kongres Pemuda ke-2 27-28 Oktober 1928 di Jakarta, Sarmidi Mangunsarkoro terlibat di dalamnya. Bahkan ia menyampaikan pidato berjudul "Pentingnya Pendidikan Kebangsaan bagi Pemuda".
Pada 1929 Sarmidi Mangunsarkoro pindah ke Jakarta. Atas restu Ki Hadjar Dewantara, Sarmidi mendirikan Perguruan Tamnsiswa di Jalan Garuda.
Pergerakan politik