Keramik terbuat dari berbagai jenis bahan. Bahan paling populer berupa tanah liat putih. Di dunia, keramik paling terkenal berasal dari Tiongkok. Keramik merupakan komoditi dagang penting pada masa itu. Begitu antara lain yang terungkap dari pemaparan Prof. (Ris.) Naniek H. Wibisono, dalam tajuk Bincang Keramik Asia di Batavia.
Kegiatan itu berlangsung di Museum Seni Rupa dan Keramik di kawasan Kota Tua Jakarta, pada Minggu, 26 Agustus 2018. Dalam kesempatan itu Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI) turut membantu kegiatan.
Bincang keramik merupakan pelengkap dari pameran keramik Asia yang diselenggarakan pada 4 Agustus 2018 hingga 2 September 2018. Pameran itu dikaitkan dengan penyelenggaraan pesta olahraga se-Asia, Asian Games, yang berlangsung pada 18 Agustus 2018 hingga 2 September 2018.
Keramik Asia
Dari 45 negara peserta Asian Games, memang hanya sedikit yang terwakili dalam pameran. Sebagat tuan rumah, tentu saja harus ada keramik yang mewakili. Keramik dari Singkawang menjadi pilihan karena boleh dibilang meniru keramik Tiongkok. Berbicara keramik, tentu saja yang dimaksud adalah keramik kuno. Terutama yang berasal dari masa Batavia, yang mayoritas abad ke-17 hingga ke-19.
Keramik Tiongkok menjadi dominan sejak berabad-abad lalu karena produksinya terkenal halus dan bagus. Keramik Jepang banyak juga terdapat di Batavia, khususnya pada abad ke-17 hingga ke-18. Keramik-keramik itu dibuat di kiln (tungku pembakaran) terbesar di Provinsi Hizen.
Dulu negara-negara Asia Tenggara juga memproduksi keramik. Keramik Thailand dikenal sejak pemerintahan Raja Ram Kaheng. Pada periode Kerajaan Ayuthya abad ke-14 hingga ke-18, keramik menjadi ekspor utama ke Asia Tenggara.
Keramik Vietnam dikenal sebagai keramik Annam, mulai dikenal pada abad ke-10. Keramik Vietnam umumnya meniru motif dekorasi tradisi Tiongkok.
Ibu Naniek menceritakan istilah Batavian Ware, yakni keramik Tiongkok yang dalam perjalanan ke Eropa mampir di Batavia. Kapal itu mampir dalam rangka memuat barang-barang dagangan lain. Perjalanan itu terjadi pada abad ke-17 hingga ke-19. Ciri keramik tersebut mewakili keramik dari masa dinasti Qing.
Istilah laut jauh dan laut dekat juga dikemukakan Ibu Naniek. Laut jauh mengacu pada perdagangan antarnegara, sementara laut dekat perdagangan antarpulau. Karena laut pula, banyak kapal pembawa keramik tenggelam. Ada yang menabrak karang, ada pula karena kerusakan teknis dan bencana alam.
Datang dari jauh