Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Kisah di Balik Keramik Kuno, dari Peralatan Rumah Tangga hingga Bekal Kubur

Diperbarui: 16 Juli 2018   16:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanya jawab di ruang keramik Museum Nasional (Foto: Marfuah/KPBMI)

Koleksi keramik banyak terdapat di Museum Nasional. Apa sih yang disebut keramik? Dari negara mana saja asal keramik? Apa fungsi keramik? Bagaimana bisa sampai ke Nusantara? Banyak lagi pertanyaan mengenai keramik. Untuk itu, Minggu, 15 Juli 2018, Kelompok Pemerhati Budaya dan Museum Indonesia (KPBMI) didukung Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman serta Museum Nasional menyelenggarakan bincang-bincang keramik.

Topik yang dipilih  termasuk ringan, "Kisah di Balik Keramik". Maklum, para peserta bincang-bincang ini adalah masyarakat awam. Ada karyawan swasta, ada ibu rumah tangga, ada mahasiswa, ada pelajar, pokoknya di luar kalangan arkeologi.

Pemberi materi dalam kegiatan itu adalah Ibu Ekowati Sundari. Beliau pensiunan Museum Nasional. Bidang utama keahliannya tentu saja keramik. Bertindak sebagai moderator M. Rizal Salam, mahasiswa arkeologi UI. Generasi milenial memang harus berperan, berkolaborasi dengan pakar masing-masing disiplin.

Pemateri Ibu Ekowati Sundari, didampingi moderator Rizal Salam (Foto: Marfuah/KPBMI)

Keramik asing

Menurut Ibu Ekowati, kata keramik berasal dari kata Yunani, keramos. Artinya benda pecah-belah dibuat dari bahan dasar yang berasal dari dalam bumi atau disebut tanah liat dan dibakar. Yang dimaksud keramik dalam perbincangan ini adalah keramik kuno atau keramik asing.

Jenis keramik, kata Ibu Ekowati, terdiri atas tiga jenis, yakni tembikar (earthenware) dengan pembakaran suhu rendah 350-1.000 derajat, batuan (stoneware) dengan pembakaran 1.150-1.300 derajat, dan porselen (porcelain) dengan pembakaran 1.250-1.350 derajat. Semuanya dalam hitungan Celcius.

Dalam dunia ilmu pengetahuan, terutama arkeologi, keramik merupakan artefak bertanggal mutlak. Buat pakar keramik yang disebut keramolog, setiap potong keramik menandai zaman atau pertanggalan. Dengan diketahuinya pertanggalan keramik, maka pertanggalan benda-benda arkeologi lain dapat diketahui.

Peninjauan ke ruang keramik Museum Nasional (Foto: Marfuah/KPBMI)

Dalam arkeologi sendiri, yang mementingkan informasi, pecahan keramik banyak ditemukan di berbagai situs. Meskipun berupa pecahan, keramik amat bermanfaat. Yah itu tadi, karena mengandung pertanggalan.

Lain halnya di mata kolektor. Kolektor selalu mementingkan koleksi yang utuh atau bagus. Soalnya, keramik menjadi benda investasi. Namun jangan tanya soal harga keramik ke arkeolog karena mereka bakalan tidak tahu.

Keramik jelas amat berfungsi sebagai data sejarah kuno Indonesia. Di mata kolektor, keramik merupakan benda seni bermutu.

Ibu Ekowati menerangkan lagi bahwa keramik dapat mengungkapkan segi kebudayaan, ekonomi, dan politik. Keramik kuno atau keramik asing yang ditemukan di Indonesia terbanyak berasal dari Tiongkok. Di luar Tiongkok ada keramik yang berasal dari Vietnam (Annam), Thailand (Siam), Jepang, Myanmar, Kamboja, Timur Tengah, dan Eropa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline