Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Lewat Max Havelaar, Multatuli Memberikan Inspirasi kepada Tokoh Indonesia

Diperbarui: 7 Juli 2018   19:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian awal pada Museum Multatuli (Dokumentasi Pribadi)

Kota Rangkasbitung semakin dikenal, terlebih setelah dibukanya Museum Multatuli pada 11 Februari 2018 lalu. Museum Multatuli merupakan museum antikolonial, menempati bekas kantor kewedanaan yang dibangun pada 1920-an. Karena itu arsitektur museum bergaya kolonial. Kompleks Museum Multatuli mencapai 2.200 meter persegi. Selain untuk pameran, ruangan terbagi untuk pegawai dan fasilitas lain. Museum Multatuli mudah dicapai karena berlokasi dekat alun-alun kota.

Multatuli merupakan nama pena, berarti "banyak yang aku sudah derita". Nama aslinya Eduard Douwes Dekker. Ia lahir di Belanda pada 1820 dan meninggal di Jerman pada 1887. Ia menjadi asisten Residen Lebak pada Januari hingga Maret 1856. Pada 1860 ia menulis Max Havelaar, novel yang berisi kritik atas perlakuan buruk para penjajah terhadap orang-orang pribumi di Hindia-Belanda. 

Novel Max Havelaar telah dicetak dalam berbagai bahasa. Dampak novel itu terasa luas sehingga melahirkan gerakan politik etis. Di Eropa, Multatuli dan Max Havelaar demikian populer.

Koleksi maskot buku

Antikolonial

Meskipun bernama Museum Multatuli, namun museum menampilkan juga foto dan narasi perjuangan masyarakat Lebak. Ada juga prasasti Cidanghiyang yang berasal dari Kerajaan Tarumanagara. Prasasti itu ditemukan di dekat Sungai Cidanghiyang, Kabupaten Lebak. 

Memang ada buku Max Havelaar cetakan pertama dari Belanda. Buku itu dibawa ke Lebak atas kerja sama dengan Multatuli Genootschap di sana. Sebenarnya ada beberapa artefak terkait Multatuli masih berada di Belanda. Namun karena perawatannya sulit, urung dibawa ke sini. Nah, tantangan untuk pemerintah setempat untuk menggelontorkan dana perawatan yang terbilang besar.

Multatuli inilah yang memberi inspirasi kepada beberapa tokoh seperti Soekarno dan Kartini, dalam kemerdekaan Indonesia. Bahkan penyair W.S. Rendra terinspirasi dari masyarakat setempat dalam menulis puisi. 

Tiang gantungan sebagai ilustrasi kekejaman masa penjajahan (Dokumentasi Pribadi)

Empat segmen

Museum terbagi dalam tujuh ruangan dan empat segmen, berturut-turut cerita tentang sejarah masuknya kolonialisme di Nusantara, Multatuli dan Max Havelaar, sejarah Banten dan Lebak, serta sejarah Rangkasbitung. 

Menurut informasi pemandu, pertama kali Museum Multatuli berdiri di Belanda. Meskipun tidak ada keterkaitan, Museum Multatuli di Rangkasbitung itu mendapat sejumlah hibah dari sana. Selain novel Max Havelaar berbahasa Prancis cetakan 1868, ada juga ubin bekas rumah Multatuli, litografi Multatuli, dan peta Rangkasbitung kuno.

Museum Multatuli dilengkap teknologi audio-visual. Pertama tentang gambaran perjalanan laut Belanda ke Nusantara. Berbagai komoditi yang dicari seperti cengkeh dan lada ikut dipamerkan. Sebelumnya pengunjung disambut mosaik gambar wajah Multatuli dan 300-an potong kaca.

Koleksi pada bagian akhir (Dokumentasi Pribadi)

Pada bagian luar ada patung Multatuli lengkap dengan buku beserta Saijah-Adina, dua tokoh dalam novel tersebut. Patung tersebut sering dimanfaatkan pengunjung untuk berfoto. Ketika saya berkunjung, ada kegiatan ceramah di halaman museum. Tentunya tentang sejarah.

Semoga adanya Museum Multatuli akan meningkatkan kunjungan wisatawan. Bahkan menggerakan gerakan literasi, apalagi di sebelah museum terdapat gedung perpustakaan dan arsip yang cukup megah.

Tokoh Indonesia yang terinspirasi Multatuli (Dokumentasi Pribadi)

Museum Multatuli buka setiap hari, termasuk Sabtu dan Minggu. Masuk ke museum ini gratis loh. Ayo manfaatkan waktu kalian untuk belajar sejarah.

Alamat Museum Multatuli, Jalan Alun-alun Timur No. 8, Rangkasbitung Barat, Kabupaten Lebak, Banten 42312. Untuk informasi lebih lanjut, silakan buka laman museum tersebut di sini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline