Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Ngabuburit Budaya di Masjid Istiqlal Sambil Main Egrang

Diperbarui: 29 Mei 2018   16:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wayang Sasak dari Lombok, NTB (Dokpri)

Ngabuburit di Masjid Istiqlal tentu merupakan kenangan tersendiri. Apalagi Istiqlal merupakan masjid terbesar di Asia Tenggara. Ngabuburit tambah seru kalau ada acara-acara yang menghibur atau mencerdaskan. Ngabuburit Budaya, begitulah istilahnya.

Mulai Kamis, 24 Mei 2018 lalu Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,  menyelenggarakan serangkaian acara di sana. Diawali dengan Diskusi Kelompok Terpumpun tentang Perjuangan Tiga Tokoh Bangsa, yakni K.H. Hasyim Asy'ari, K.H. Ahmad Dahlan, dan Buya Moh. Natsir.

Para pemateri terdiri atas Masykuri Abdillah, Hajrianto Thohari, Adian Husaini, dan Natsir Zubaidi. Diskusi dimoderatori oleh Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya, Nadjamuddin Ramly. Sementara pengantar diskusi diberikan oleh Direktur Sejarah, Triana Wulandari.

Diskusi Kelompok Terpumpun tentang Tiga Tokoh Bangsa (kiri) dan Masjid Bersejarah (kanan)/Dokpri

Iftar Budaya

Acara di Kamis itu dilanjutkan dengan kegiatan bertajuk Iftar Budaya berupa Pameran Masjid dan Peradaban. Tema yang diusung "Kearifan Lokal sebagai Perajut Keberagaman". Kegiatan di Istiqlal terlaksana berkat kerja sama dengan Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal dan didukung Ganara Art Studio. Pembukaan pameran dilakukan oleh Dirjen Kebudayaan, Hilmar Farid.

Berbagai foto masjid-masjid kuno di berbagai daerah dipajang di sana. Sejumlah artefak yang bernuansa Islami ikut mendukung narasi panel. Ada beduk panjang. Ada nisan kuno beraksara Arab. Belum lagi Wayang Sasak dari NTB.

"Persiapan pameran sangat singkat. Kami begadang," kata Kuncoro, seorang penata pameran. Tampak mata Kuncoro dan beberapa temannya memang sayu, pertanda kurang tidur.

Pameran tentang masjid dan peradaban (Dokpri)

Permainan tradisional

Beberapa mainan dan permainan tradisional, ikut menyemarakkan pameran. Ada yang mencoba bermain congklak atau dakon. Yang lain bermain ular tangga. Di tempat pameran ada gasing. Ini juga bisa dimainkan. Di bagian luar tersedia egrang. Saya beberapa kali mencoba tapi gagal terus. Harusnya memang dijepit. Tapi ini egrang modern. Dulu sewaktu kecil saya membuat sendiri dari bambu, jadi gampang berjalan memakai egrang. Atau mungkin sekarang saya sudah terlalu tua yah...hehehe.

Para pengunjung pameran bisa mendapatkan buku-buku gratis loh. Direktorat Kepercayaan dan Tradisi menyediakan buku-buku komik dan bacaan lain yang bisa diambil oleh pengunjung.

Permainan tradisional congklak atau dakon (kiri) dan egrang (kanan)/Dokpri

Menunggu ngabuburit, peserta yang berminat bisa mengikuti kegiatan melukis di atas tas. Kuas, cat, dan bahan disediakan oleh panitia. Hasil kreasi peserta boleh dibawa pulang. Para peserta tampak antusias. Ada yang menggambar masjid. Ada yang menggambar peta Indonesia. Pokoknya sesuai selera masing-masing.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline