Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Ini Gambar Rumah Adat Karo, Bukan Rumah Adat Minang

Diperbarui: 6 Mei 2018   19:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Uang kertas Dai Nippon Teikoku Seihu bergambar Rumah Adat Karo (Dokpri)

Di Nusantara pernah beredar tiga jenis uang pendudukan Jepang, yakni De Japansche Regeering (berbahasa Belanda), Pemerintah Dai Nippon (berbahasa Indonesia), dan Dai Nippon Teikoku Seihu (berbahasa Jepang). Mata-mata uang ini dibuat pada masa 1942-1943. Dari ketiga jenis itu, yang menarik adalah uang kertas bertuliskan Dai Nippon Teikoku Seihu.

Seri Dai Nippon Teikoku Seihu (Dai Nippon = Jepang Raya, Teikoku = Kekaisaran, dan Seihu = Pemerintahan) merupakan seri pertama yang menggunakan kata Roepiah. Sebelumnya masih digunakan Gulden. Cetakan uang ini masih sederhana dan belum memiliki benang pengaman.

Uang kertas Dai Nippon Teikoku Seihu terdiri atas lima pecahan, yakni Setengah Roepiah, Satoe Roepiah, Lima Roepiah, Sepoeloeh Roepiah, dan Seratoes Roepiah. Yang sering menjadi bahan pembicaraan adalah uang bernominal lima roepiah. Sentuhan budaya lokal mulai terlihat di uang itu. Bagian belakang bergambar seorang wanita Minang. Bagian depan bergambar rumah adat.

Semula banyak orang beranggapan bahwa gambar tersebut berupa rumah adat Minang. Mungkin ini dihubungkan dengan gambar bagian belakang. Namun kemudian banyak koreksi bahwa gambar tersebut adalah rumah adat Batak Karo. Sampai sejauh ini nomor seri yang tercetak masih sangat sederhana dan serupa, yakni SM. Mungkin untuk membedakan dari negara pendudukan Jepang lain, yang memiliki kode sendiri.

Gambar Rumah Adat Karo pada uang kertas (Dokpri)

Hancur

Beberapa peninggalan Suku Karo masih bisa ditemukan di Tanah Karo, Sumatera Utara. Biasanya berupa rumah-rumah adat atau tradisional. Rumah-rumah adat yang terdapat di sana amat beragam. Umumnya dihubungkan dengan status sosial si pemilik. Ada yang berukuran kecil, menengah, hingga sangat besar menyerupai istana.

Sejumlah rumah memang masih tersisa hingga kini. Berhubungan dengan uang kertas Dai Nippon tadi, tentu yang layak dibicarakan adalah rumah adat yang dinamakan Sepulu Enem Jabu, bermakna dihuni oleh 16 keluarga dalam satu kekerabatan. Dibandingkan semua rumah adat, Sepulu Enem Jabu merupakan rumah adat tertinggi dan terbesar. Kemungkinan merupakan istana raja.

Rumah Adat Karo (Koleksi Tropen Museum, Belanda)

Sebuah sumber di grup Facebook Asosiasi Numismatik Nusantara menyebutkan, Rumah Karo tersebut menjadi tempat kediaman Pa'Mblegah, Kepala Suku Karo pada awal abad ke-20. Terletak di Kabanjahe, antara Brastagi dengan Danau Toba. Kemungkinan besar rumah tersebut hancur pada 1946-1947 karena konfrontasi rakyat terhadap Belanda.

Foto dokumentasi Rumah Karo antara lain ada di Tropen Museum, Belanda. Entah di mana lagi. Itulah salah satu keuntungan adanya uang-uang kertas lama yang masih tersimpan. Bisa digunakan sebagai bahan dokumentasi atau perbandingan.***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline