Istilah komik dan komikus pernah populer dalam dunia literasi Indonesia. Komik disebut juga cerita bergambar atau disingkat cergam. Komikus adalah sebutan untuk si pembuat komik. Hati-hati jangan salah dengan istilah komika yah. Komika adalah sebutan untuk pelaku stand up comedy.
Kurator Iwan Gunawan mengatakan, komik sejatinya bukan untuk dipamerkan namun untuk dicetak, diterbitkan, dan dibaca. Terlepas dari itu, Senin malam, 2 April 2018, Galeri Nasional Indonesia mulai menyelenggarakan pameran bertajuk "Dunia Komik, Bahasa Budaya Cerita Gambar".
Pameran akan berlangsung hingga 18 April 2018 bertempat di Gedung A. Sebagai pelengkap diselenggarakan acara "Bincang-bincang Dunia Komik" pada 16 April 2018. Dalam bincang-bincang akan berbicara Jim Supangkat, Seno Gumira Ajidarma, Iwan Gunawan, Hikmat Darmawan, Muhammad Misrad (Mice), dan Muhammad Faisal.
"Pop Art"
Pameran komik menampilkan berbagai karya hitam putih dan berwarna. Semuanya merupakan hasil karya seniman Indonesia dalam ajang Gudang Garam Indonesia Art Award 2018. Menurut siaran pers panitia, pada kegiatan ini terdapat perbedaan konsep khususnya dalam hal kategori karya, yaitu menitikberatkan pada karya "Pop Art". "Pemilihan komik sebagai tema dengan pertimbangan komik merupakan bahasa komunikasi visual yang universal, dan saat ini dunia internasional sudah memberi ruang apresiasi terhadap seni komik," demikian salah satu bagian dari siaran pers itu.
Dari 350 peserta kompetisi, terseleksi sebanyak 129 karya. Ke-129 karya itu terdiri atas 90 peserta dari kategori umum dan 39 adalah peserta kategori undangan.
Pameran ini dikuratori oleh tiga orang seniman yang sudah tidak asing lagi buat penikmat seni rupa. Mereka adalah Jim Supangkat, Iwan Gunawan, dan Hikmat Darmawan.
Surat kabar
Perjalanan komik Indonesia sendiri telah berlangsung cukup lama. Mungkin sejak 1920-an. Saya sendiri membaca komik sewaktu masih duduk di Sekolah Dasar. Ketika itu saya mengenal tokoh Put On lewat sebuah surat kabar. Komik-komik dari luar negeri pun saya kenal lewat surat kabar, di antaranya Tarzan dan Garth. Sewaktu SD saya juga sering membaca buku komik dari tempat penyewaan dekat rumah.
Pada perkembangannya komik telah menjadi ajang ekspresi si pembuat. Seorang komikus yang dianggap hebat mampu membuat gambar dan narasi sekaligus. Kurator Jim Supangkat mengatakan, di tengah kebuntuan wacana seni rupa kontemporer, kita harus menoleh ke dunia komik dan mengkaji standar-standar artistiknya untuk menemukan penyebab terjadinya artification (men-seni-kan) komik.
Melihat karya-karya yang dipamerkan ternyata ada kesan lucu. Umumnya setiap komikus memiliki ciri atau karakter sendiri. Ia dikenal tergantung berkarya lewat media mana. Kalau media kecil, mungkin namanya susah populer. Tapi kalau di media besar, pasti banyak orang mengenal. Salah satu contohnya kartun Mice. Penasaran dengan komik-komik yang dipamerkan tersebut? Silakan datang sendiri ke Galeri Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka Timur No.14, di seberang stasiun Gambir.***