Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Melihat Torpedo dan Ranjau Laut di Museum Bahari Yogyakarta

Diperbarui: 25 Maret 2018   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi persenjataan berat (Dokpri)

Yogyakarta pantas disebut Kota Museum. Banyak museum terdapat di sini, salah satunya Museum Bahari. Tujuan didirikan Museum Bahari untuk membuka wawasan dan pengetahuan tentang kelautan bagi bangsa Indonesia, khususnya generasi muda.

Museum Bahari termasuk museum swasta atau museum pribadi. Pendirinya adalah Laksamana Madya TNI Y. Didik Heru Purnomo. Ia memiliki sejumlah koleksi yang berhubungan dengan dunia kelautan. Barang-barang itu diperoleh dari cenderamata yang dibawa dari luar negeri, koleksi pribadi, juga pemberian rekan-rekan kerja beliau di jajaran TNI AL.

Museum Bahari resmi berdiri pada 25 April 2009.  Pengelolaan museum ditangani oleh Paguyuban Tri Sekar Lestari dan Lanal TNI AL Yogyakarta.

Prasasti peresmian Museum Bahari (Dokpri)

Ruang komando

Saya agak sulit mencari museum ini. Nama museum tercetak kecil karena bersatu dengan nama hotel. Di belakang museum memang terdapat hotel. Ciri unik museum adalah desain tampak depan yang menyerupai anjungan atau ruang komando kapal tempat roda kemudi berada. Di dekatnya berada ruang audiovisual, tempat para pengunjung menyaksikan film dokumenter.   

Di belakang kapal laut ini terdapat sebuah gedung berlantai dua. Di situlah berbagai koleksi dipamerkan. Koleksi Museum Bahari antara lain berupa senjata meriam, bom laut, torpedo, ranjau laut, radar, sonar, kompas magnet, GPS, teropong, sextant, kemudi kapal, miniatur berbagai jenis kapal perang, kelengkapan TNI, dan radio telekomunikasi.

Koleksi di ruang kemudi kapal (Dokpri)

Pemandu

Buat saya koleksi-koleksi yang dipamerkan jelas masih terasa asing. Untung ada seorang pemandu yang menemani. Ia menjelaskan cara memakai kemudi dan kompas, lalu cara membaca peta. Saya ingin tahu cara kerja torpedo dari berbagai ukuran, ia pun dengan sabar menjawab pertanyaan saya. Maklum ia seorang prajurit TNI AL, yang tentu saja tahu banyak.

Pengunjung museum ini lumayan jumlahnya. Saat itu ada dua orang pelajar datang ke sana. Ketika saya tanya, ia ingin memperoleh pengetahuan tentang kemaritiman. Mereka antusias sekali melihat dan kemudian mencatat. Sungguh menggembirakan memang kalau generasi muda datang ke museum.

Alat komunikasi (Dokpri)

Minat

Setahu saya di Indonesia ada beberapa Museum Bahari atau Museum Maritim. Pengelolanya jelas berbeda-beda. Adanya museum-museum seperti ini jelas menambah informasi kemaritiman karena Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi perairan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline