Boleh dibilang di Indonesia ada dua jenis museum, yakni museum umum dan museum khusus. Museum Kepresidenan adalah jenis museum khusus yang menginformasikan sejarah dan keberhasilan seorang presiden dan/atau wakil presiden selama menjalankan masa bakti jabatannya. Begitu yang tertera pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2015 tentang Museum. Jadi sebutan museum khusus ditujukan kepada tema, bukan dilihat dari lokasi di area istana.
Enam presiden
Museum Kepresidenan Balai Kirti diresmikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono, yang saat itu masih menjabat presiden, pada 18 Oktober 2014. Museum itu baru dibuka untuk umum pada 10 November 2014. Namun berbeda dengan museum biasa, karena berlokasi di kompleks Istana Kepresidenan, maka ada syarat dan ketentuan yang berlaku jika ingin berkunjung ke museum. Dalam hal ini ketua rombongan, harus mengajukan izin ke alamat surat elektronik museumkepresidenanindonesia@gmail.com, ditujukan kepada Kepala Museum Kepresidenan RI, Kompleks Istana Kepresidenan Bogor, Jl. Ir. H. Juanda no. 1, Bogor.
Dalam surat dicantumkan nomor kontak kepala rombongan, daftar peserta, dan memilih waktu kunjung, yakni Selasa sampai Jumat pukul 09.00-15.00 atau Sabtu-Minggu pukul 09.00-13.00. Senin dan hari libur nasional museum tutup.
Saya coba cari tahu kenapa disebut Museum Kepresidenan Balai Kirti. Ternyata istilah Balai Kirti dapat disejajarkan dengan makna Hall of Fame, yaitu bangunan (aula) untuk menyajikan berbagai artefak dari orang-orang termashur. Balai dapat diartikan gedung, rumah, atau kantor. Sedangkan kirti berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti kemashuran.
Museum Kepresidenan dirancang untuk memamerkan berbagai informasi terkait dengan prestasi para presiden. Saat ini baru enam presiden yang mengisi koleksi museum. Mereka adalah Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, dan Susilo Bambang Yudhoyono. Memang syarat utamanya presiden yang sudah tidak menjabat lagi. Jadi presiden yang sekarang, Joko Widodo, belum terdapat di museum ini.
Tiga lantai
Bangunan museum berdiri di atas lahan seluas 3.000 meter persegi lebih. Terdiri atas tiga lantai, yakni Galeri Kebangsaan di lantai pertama, Galeri Kepresidenan di lantai kedua, dan taman terbuka di lantai ketiga.
Galeri Kebangsaan mewakili presentasi Naskah Proklamasi, lambang negara Burung Garuda, Pancasila, Pembukaan UUD 1945, Sumpah Pemuda, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya. Di Galeri Kebangsaan terdapat pula peta digital yang menggambarkan sejarah perkembangan wilayah NKRI, enam patung Presiden RI, dan ruang audio-visual terkait setiap presiden.
Oh ya, patung keenam presiden di lantai dasar dibuat oleh Yusman, seniman asal Bantul. Gaya masing-masing patung disesuaikan dengan karakter khas setiap presiden.
Galeri Kepresidenan menggambarkan peristiwa, prestasi, dan sosok enam presiden yang pernah memimpin RI melalui koleksi memorabilia, album foto digital, film pendek, dan video. Dalam ruangan Presiden Soekarno kita bisa melihat kalimat yang sering dikutip banyak orang orang, yakni "Jas Merah, jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah". Di galeri ini pengunjung tidak diperkenankan memotret.