Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Melihat Kerangka Manusia dan Bedah Mayat di Museum Kebangkitan Nasional

Diperbarui: 26 September 2017   20:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alat peraga bedah mayat di Museum Kebangkitan Nasional (Dokpri)

Setelah beberapa kali mengunjungi Museum Kebangkitan Nasional, saya penasaran sekali dengan Ruang Anatomi. Di dalam ruangan ada gambaran tentang bedah mayat. Mayat itu diletakkan di atas meja, sementara di dekatnya ada seorang mahasiswa kedokteran dan seorang dokter. Memang mayat dan kedua orang yang digambarkan itu hanyalah sebagai alat peraga buatan baru. Namun cukup memberi gambaran bahwa Museum Kebangkitan Nasional dulunya merupakan sekolah kedokteran.

Yang menarik, masih di ruangan itu ada kerangka manusia utuh. Kerangka itu dalam posisi berdiri karena dikaitkan lewat tiang besi yang ada di belakangnya. Agar aman dari tangan-tangan pengunjung, kerangka itu ditempatkan dalam lemari kaca. Tidak ada info secuil pun itu mayat siapa. Dugaan saya, dulu si mayat merupakan orang terlantar dan tidak diambil keluarganya.

Tulang-tulangnya masih tampak jelas, meskipun sudah berusia lebih dari 100 tahun. Dilihat dari bagian puncak tempurung kepala dan tulang pinggul, saya duga mayat itu seorang laki-laki. Tulang-tulangnya bisa awet karena menggunakan cairan kimia.

Saya perhatikan banyak pengunjung ingin tahu tentang kerangka itu. Ada juga yang agak ketakutan, mungkin dianggap menyeramkan.

Di dalam ruang itu ada juga uraian tentang sumpah dokter. Lalu ada informasi tentang anatomi tubuh manusia.

STOVIA  

Dulu Museum Kebangkitan Nasional merupakan Gedung Sekolah Dokter Jawa. Menurut buku panduan yang saya punya, Sekolah Dokter Jawa berdiri pada 1851 di Rumah Sakit Militer Weltevreden dengan masa pendidikan dua tahun.

Dalam beberapa foto lama, kerangka manusia itu terlihat di ruangan. Jelas merupakan bagian penting untuk kegiatan perkuliahan soal anatomi tubuh manusia.

Kerangka manusia berusia lebih dari 100 tahun di Museum Kebangkitan Nasional (Dokpri)

Pada 1899 mulai dibangun gedung baru. Pada 1 Maret 1902 gedung baru tersebut mulai resmi digunakan untuk STOVIA (School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen). Semakin lama sekolah kedokteran itu semakin berkembang. Pada 1919 berdiri Rumah Sakit Centrale Burgerlijke Ziekenninrichting (CBZ) di Salemba. Inilah cikal bakal RSCM sekarang.

Bukan cuma kerangka manusia, di Museum Kebangkitan Nasional pengunjung bisa menyaksikan peralatan kedokteran tradisional dan peralatan praktikum para pelajar sekolah kedokteran waktu itu, antara lain alat pemecah kepala manusia, alat penumbuk jamu, keris yang dianggap bertuah, dan mesin ronsen tempo dulu.

Mengingat di gedung ini pernah lahir organisasi pergerakan pertama, Budi Utomo pada 1908, maka tokoh-tokoh Budi Utomo juga ditampilkan di dalam museum. Tokoh-tokoh nasional memang lahir dari tempat ini, yang kemudian terlibat dalam Sumpah Pemuda 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan 1945.

Ayo, kita belajar bedah mayat di Museum Kebangkitan Nasional. Kita apresiasi juga tokoh-tokoh masa lampau yang berjuang melawan penjajah. Museum ini terletak tidak jauh dari pusat keramaian Senen. Persis di sebelah RSPAD Gatot Subroto, tepatnya di Jalan Abdul Rahman Saleh 26, Jakarta Pusat. ***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline