Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Karena Lama Tergeletak, Aksara Prasasti Kuno Jenangan di Ponorogo Menjadi Aus

Diperbarui: 6 September 2017   08:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prasasti Jenangan (tanda panah) tergeletak di antara barang-barang warga (Dok. Komunitas Tapak Jejak Kerajaan)

Satu lagi prasasti kuno diketahui terlantar. Miris dan memrihatinkan melihat prasasti berbahan batu itu. Bagi sebagian orang, memang prasasti tidak berarti. Tapi bagi sebagian orang lain, prasasti bermakna tinggi. Prasasti merupakan sumber sejarah kuno. Bukan saja untuk daerah atau wilayah di sekitar prasasti itu berada, tapi untuk skala nasional.

Prasasti-prasasti yang ditemukan di Indonesia umumnya berasal dari abad ke-5 hingga ke-15. Yang terbanyak berasal dari abad ke-9 hingga ke-12. Sebagian besar menggunakan aksara dan bahasa Jawa Kuno.

Prasasti yang terabaikan itu bernama Jenangan, terdapat di Ponorogo (Jawa Timur). Komunitas Tapak Jejak Kerajaan, Selasa, 5 September 2017 malam, melaporkan sekaligus mengirim foto tentang Prasasti Jenangan kepada saya.

Melihat salah satu foto memang muncul kesedihan yang mendalam. Prasasti dalam posisi tergeletak, mungkin telah lama jatuh. Sebagian badan prasasti masuk ke dalam tanah.

Prasasti Jenangan setelah diangkat ke tempat yang lebih aman (Dok. Komunitas Tapak Jejak Kerajaan)

Prasasti tersebut berada di antara barang-barang milik warga. Dikabarkan, di tempat itu akan dibangun gedung TK. Sebenarnya keberadaan prasasti tersebut sudah lama diketahui. Pada 2014 Pemda setempat pernah berjanji akan memberdirikan prasasti tersebut. Namun sampai sekarang, janji itu belum terlaksana.

Entah apakah prasasti itu sudah dibaca atau belum. Menurut laporan dokter Sudi Harjanto, aktivis Komunitas Tapak Jejak Kerajaan yang tinggal di Sidoarjo, bagian atas prasasti dalam kondisi aus. Sisi satu lagi belum diketahui karena prasasti belum dibalik.

Sudi Harjanto mengetahui keberadaan prasasti berdasarkan laporan Komunitas Mahija Wengker di Ponorogo. Komunitas itu juga senang blusukan atau mengunjungi kepurbakalaan di Ponorogo dan sekitarnya.

Aus dan terpapar

Menurut peneliti prasasti dari Museum Nasional, Trigangga, untuk menyelamatkan prasasti tersebut yang penting diberdirikan terlebih dulu. Ia takut kalau tergeletak malah dibuat keset kaki sehingga lama-kelamaan aksaranya akan aus. Juga terpapar panas matahari dan hujan. Ini juga membahayakan prasasti.

"Tinggal butuh belt atau tambang tebal, terus ditarik sambil didorong. Kalau di bagian dasar prasasti ada tonjolan atau pasak, perlu digali lubang," demikian Trigangga memberi masukan.

Bagian pasak Prasasti Jenangan masih tampak (Dok. Komunitas Tapak Jejak Kerajaan)

Dinas terkait memang perlu dihubungi lagi agar janji lama menjadi kenyataan. Sejak adanya Undang-undang Cagar Budaya 2010, tanggung jawab berada di pundak pemerintah daerah/kota. Beberapa komunitas sepakat akan bekerja gotong royong. Supaya tidak serampangan, mereka akan meminta izin dari instansi terkait.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline