Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Melihat Lukisan Raden Saleh dan Basoeki Abdullah di Galeri Nasional Indonesia

Diperbarui: 16 Agustus 2017   01:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pengunjung di pameran lukisan, ada yang ngobrol dan ada yang swafoto (Dokpri)

Setelah tahun lalu, kali ini Galeri Nasional Indonesia kembali ketempatan penyelenggaraan pameran lukisan koleksi istana kepresidenan Republik Indonesia. Pameran itu diselenggarakan untuk menyambut 72 tahun Indonesia kerja bersama. Tema yang diambil "Senandung Ibu Pertiwi".

Sebenarnya pembukaan pameran itu dilaksanakan pada 2 Agustus 2017 lalu. Namun baru hari ini, Selasa, 15 Agustus 2017, saya berkesempatan ke sana. Pameran akan berakhir pada 30 Agustus 2017.  

Pada saat-saat tertentu, beberapa kegiatan penunjang ikut mendukung pameran, antara lain workshop melukis tas kanvas (10 Agustus), diskusi (19 Agustus), lomba lukis (26 Agustus), dan workshop menjadi apresiator (29 Agustus). Untuk memberikan pelayanan lebih, setiap Sabtu dan Minggu diadakan tur galeri pada pukul 10.00.

Pameran "Senandung Ibu Pertiwi" dikuratori oleh Asikin Hasan, Amir Sidharta, Mikke Susanto, dan Sally Texania. Ada 48 lukisan ditampilkan dalam pameran. Lukisan-lukisan itu tadinya hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang. Maklum tempatnya di istana, tempat yang tidak bisa dimasuki sembarang orang. Namun dengan tempat publik seperti Galeri Nasional Indonesia, maka lukisan-lukisan yang tadinya "tersembunyi" secara bebas bisa diapresiasi masyarakat.

Beberapa tema

Lukisan-lukisan yang dipamerkan terbagi atas beberapa tema. Dalam tema "Keragaman Alam" dipamerkan beberapa lukisan. Salah satunya karya Raden Saleh berjudul "Harimau Minum". Lukisan itu menggunakan cat minyak dan berukuran 160 sentimeter x 116 sentimeter. Saya yakin lukisan itu kurang dikenal sebelumnya. Yang populer karya Raden Saleh adalah "Penangkapan Pangeran Diponegoro".

Rombongan pramuka pengunjung pameran (Dokpri)

Tema kedua "Dinamika Keseharian". Karya Rudolf Bonnet "Bekerja di Sawah di Bali" cukup mengundang kekaguman. Karya lukis itu menggunakan kanvas sebagai media dengan cat minyak. Ukurannya 50 sentimeter x 70 sentimeter.

"Tradisi dan Identitas" menjadi tema berikutnya. Lukisan "Wanita Yogya" karya Trubus Sudarsono berada di deretan tengah. Lukisan itu berukuran 109 sentimeter x 89 sentimeter.

Pengunjung juga tertarik karena nama besar Basoeki Abdullah. Lukisan karyanya berjudul "Nyai Roro Kidul". Karya Basoeki cukup banyak dipajang. Lukisan lainnya "Gatotkaca dengan Anak-anak Arjuna, Pergiwa-Pergiwati" dan "Jika Tuhan Murka".

Antusias

Menurut Kepala Galeri Nasional Indonesia, Tubagus "Andre" Sukmana, pengunjung pameran "Senandung Ibu Pertiwi" cukup antusias. Sejak dibuka, pengunjung terbanyak terjadi pada 5 Agustus (1483 orang) dan 6 Agustus (1755 orang). "Hingga Sabtu 12 Agustus sudah terdata 11.468 pengunjung," kata Andre.

Pengunjung pameran memang terlihat antre. Sebelum ke ruang pameran, pengunjung harus melakukan registrasi di gedung bagian kiri. Setelah itu menitipkan tas dan jaket. Untuk menuju ruang pameran tidak diperkenankan membawa alat tulis. Mungkin takut pengunjung membuat vandalisme. Sebelum memasuki ruang pameran, tangan pengunjung diberi stempel merah, tanda sudah registrasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline