Coba bertanya kepada sebagian besar masyarakat Indonesia siapakah tokoh Ki Bagoes Hadikoesoemo atau Ki Bagus Hadikusumo itu. Bisa dipastikan hampir semua berkata tidak tahu. Memang nama Ki Bagoes Hadikoesoemo seolah tersembunyi di antara nama-nama besar seperti Soekarno dan Moh. Hatta.
Untuk memperkenalkan nama itu, Museum Perumusan Naskah Proklamasi mulai Rabu, 9 Agustus 2017 menyelenggarakan pameran bertajuk "Ki Bagoes Hadikoesoemo, Dedikasi untuk Islam dan Bangsa". Pameran berlangsung selama sebulan dan akan berakhir pada 9 September 2017. Museum Perumusan Naskah Proklamasi dikenal juga sebagai rumah Laksamana Maeda. Di tempat inilah dilakukan perumusan naskah proklamasi sebelum dibacakan keesokan harinya di Jalan Pegangsaan Timur 56.
Pameran dibuka oleh Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya, Nadjamuddin Ramly. Turut hadir keluarga Ki Bagoes Hadikoesoemo, keluarga tokoh proklamasi, komunitas, pelajar, dan pemerhati. Ki Bagoes Hadikoesoemo merupakan tokoh kesekian yang dipamerkan di Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Pameran tokoh biasanya berlangsung setiap tahun dengan tokoh berbeda.
Religius
Ki Bagoes Hadikoesoemo lahir di Yogyakarta, 24 November 1890. Ia memiliki nama kecil Raden Dayat atau Hidayat.
Tokoh ini tidak berpendidikan tinggi, tetapi ilmu pengetahuannya melebihi orang yang berpendidikan tinggi. Beruntung ia mendapat bimbingan dari K.H. Ahmad Dahlan, yang dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah.
Saat Muhammadiyah berdiri pada 18 November 1912, Ki Bagoes bersama Haji Syujak dan Haji Fakhrudin membentuk Angkatan Muda Muhammadiyah. Setelah menjadi ulama, pada 1922 Ki Bagoes diangkat oleh Gubernur Jenderal menjadi anggota Komisi Perbaikan Pengadilan Agama seluruh Jawa dan Madura.
Seikerei
Pada masa pendudukan Jepang dikenal istilah seikerei yaitu sebuah gerakan membungkukkan badan ke arah utara tempat Kaisar Jepang berada. Namun Ki Bagoes mengeluarkan instruksi kepada umat Islam agar tidak mematuhi aturan tersebut. Akhirnya pihak Kempetai pun memakluminya dan mencabut kewajiban seikerei. Demikian salah satu kisah yang bisa dibaca pada salah satu papan panel informasi.
Informasi lain mengungkapkan pada November 1943 Soekarno, Moh. Hatta, dan Ki Bagoes Hadikoesoemo diberi kesempatan bertemu dengan Kaisar Tenno Heika untuk berkenalan serta memberikan janji kemerdekaan secara resmi.
Pada 3 September 1954 Ki Bagoes meninggal. Sebagai pejuang ia memperoleh Bintang Mahaputera Adipradana (12 Agustus 1992), Bintang Republik Indonesia Utama (7 Agustus 1995), dan Gelar Pahlawan Nasional (4 November 2015).