Lihat ke Halaman Asli

Djulianto Susantio

TERVERIFIKASI

Arkeolog mandiri, senang menulis arkeologi, museum, sejarah, astrologi, palmistri, olahraga, numismatik, dan filateli.

Pameran Arsip Asli Lahirnya Pancasila akan Berkeliling Indonesia

Diperbarui: 16 Juni 2017   13:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjelang penutupan pameran terlebih dulu diisi tarian (Dokpri)

Pameran Lahirnya Pancasila ditutup secara resmi oleh Direktur Sejarah Triana Wulandari, Kamis, 15 Juni 2017 sore. Pameran ini dibuka 2 Juni 2017 lalu di Museum Nasional, merupakan kelanjutan dari pameran perdana di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri, dalam rangka menyambut Hari Pancasila 1 Juni.

Menurut Triana, pameran ini akan diadakan secara berkeliling di berbagai tempat di Indonesia. Hal ini sebagai bentuk sosialisasi kepada masyarakat. Setelah dari Museum Nasional, pameran berikutnya berlangsung di Samarinda mulai 18 Juni 2017.

Kerja sama

Pameran Lahirnya Pancasila merupakan kerja sama antara Arsip Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Nasional, dan Museum Nasional dengan pelaksana Direktorat Jenderal Kebudayaan. Pameran menampilkan lebih dari 50 arsip statis, berupa foto, surat, catatan rapat, dan guntingan koran milik Arsip Nasional Republik Indonesia. Arsip-arsip itu memiliki nilai kesejarahan tinggi, misalnya dokumen tentang persidangan Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia, teks pidato Soekarno tentang Pancasila, penyusunan konsep Pembukaan Undang-undang Dasar 1945, dan persidangan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid mendapat penjelasan dari pihak ANRI (Dokpri)

Semua arsip asli dan sebelumnya belum pernah dipamerkan. Namun untuk kepentingan pameran, agar lebih mudah dibaca, ukuran arsip-arsip itu diperbesar.

Perpustakaan Nasional menampilkan naskah kuno Sutasoma karya Mpu Tantular. Naskah kuno dari abad ke-14 ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno di atas daun tal. Di dalam naskah disebut kata Bhinneka Tunggal Ika, sebagaimana semboyan negara kita.

Museum Nasional memamerkan arca garuda dari abad ke-10. Arca garuda sering dihubungkan dengan Dewa Wisnu, yang dalam agama Hindu dianggap pemelihara dunia. Raja Airlangga dari abad ke-10 sering memakai lambang garuda.

Acara penutupan diisi dengan tarian dan renungan ramadhan. Puncaknya berupa buka puasa bersama dengan kuliner khas Cirebon, seperti empal gentong dan nasi jamblang.***




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline