Lihat ke Halaman Asli

Kebun Raya Bukan Usaha Komersial

Diperbarui: 11 Februari 2016   09:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masalah besar keanekaragaman hayati Indonesia saat ini adalah eksploitasi sumber daya alam yang sangat berlebihan (over exploitation) sehingga mengancam keberlanjutan produksinya di masa mendatang. Konsekuensi yang harus dibayar akibat eksploitasi berlebihan ini adalah menurunnya kualitas lingkungan hidup termasuk terdegradasinya berbagai jenis ekosistem dan menipisnya cadangan sumber daya alam dan bahkan kepunahan berbagai jenis flora, fauna dan mahluk hidup lainnya. Laju kepunahan mahluk hidup sudah mencapai tahapan yang sangat mengkhawatirkan.

Perkembangan penduduk yang tidak terkontrol, kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan minimnya pengetahuan dan apresiasi masyarakat terhadap pentingnya flora dan fauna bagi kelangsungan hidupnya, maka Indonesia tengah mengalami kesulitan besar untuk dapat menjamin terlaksananya pembangunan berkelanjutan. Saat ini, sejumlah jenis tanaman mulai sulit ditemukan di habitat aslinya, seperti kayu meranti, kruwing, ulin, hingga jenis bunga anggrek bulan Jawa. Belum lagi jenis buah-buahan. Maka konservasi yang berlandaskan ex situ seperti yang diterapkan di Kebun Raya Bogor menjadi satu-satunya pilihan dan alat terakhir mempertahankan keutuhan dan identitas kekayaan keanekaragaman hayati bangsa ini.

Pembangunan Tujuh Belas Kebun Raya Daerah

Tujuan utama pendirian Kebun Raya Bogor (KRB) memang bukan untuk objek wisata, melainkan untuk koservasi, penelitian, dan mengintroduksikan tumbuhan baru. KRB sebagai objek wisata sebenarnya hanya fungsi sampingan saja. Fungsi utama kebun raya adalah konservasi tanaman-tanaman Ex-Situ berasal dari luar daerah--untuk dilestarikan di sana sehingga, bila sewaktu-waktu diperlukan, bisa diberikan. Meski demikian, fungsi sampingan sebagai objek wisata ini yang terasa menonjol bagi masyarakat awam. Bukan sekarang saja masyarakat menganggap KRB sebagai tempat rekreasi, sebab semua tanaman dalam Kebun Raya Bogor selalu dirawat dalam kondisi sehat, jauh dari polusi, bahkan kendaraan roda empat hanya boleh masuk pada hari kerja. Alhasil pohon-pohon rimbun, jalan apik terpelihara, ke mana pun mata memandang keasrian yang menyambutnya, ditambah udara yang sejuk nyaman.

Pembangunan kebun raya daerah saat ini  tersebar di wilayah Sumatera (Samosir, Liwa, Solok, Batam, Sumatera Selatan dan Jambi),  Jawa (Baturraden dan Kuningan),  Kalimantan (Banua, Sambas, Danau Lait, Balikpapan),  Sulawesi (Pare-pare, Enrekang, Minahasa, Pucak)  dan Nusa Tenggara Barat (Lombok).  Semuanya diluar empat kebun raya yang sudah beroperasi di bawah koordinasi LIPI.

Secara keseluruhan pembangunan kebun raya daerah telah mencapai tahap pengembangan infrastruktur sarana prasarana hingga peluncuran, diantaranya Kebun Raya Baturraden yang pembangunannya  dirintis sejak tahun 2004 atas gagasan Ibu Megawati Soekarno Putri pada acara Jambore Nasional tahun 2001 silam hingga akhirnya terwujud, dan resmi diluncurkan untuk publik, pada hari Sabtu 19 Desember 2015 lalu.

Kebun Raya Baturraden adalah kebun raya daerah ke-4 yang diluncurkan setelah tiga kebun raya daerah lainnya yaitu Kebun Raya Massenrempulu Enrekang, Balikpapan dan Kebun Raya Kuningan. Peluncuran ditandai dengan penanaman tanaman yang dilakukan oleh Ketua Yayasan Kebun Raya Indonesia Ibu Megawati Soekarno Putri, Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutananan, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Gubernur Jawa Tengah.

Dalam perjalanannya, KR Baturraden terus melakukan pembangunan baik secara fisik maupun peningkatan kapasitas SDMnya, serta berusaha menjalankan 5 fungsi perkebunrayaan, yaitu konservasi, penelitian, pendidikan, wisata, dan jasa lingkungan, sesuai apa yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden No. 93 tahun 2011 tentang Kebun Raya. Kebun Raya Baturraden dengan luas 143,5 ha ini dibangun dengan tema “Konservasi Tumbuhan Pegunungan Jawa”. Terletak di Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas yang berjarak sekitar 14 km dari Kota Purwokerto, Kebun Raya ini telah ditata dan ditanami tanaman koleksi sebanyak 2.637 spesimen yang terdiri dari 116 suku, 394 marga dan 271 jenis yang telah teridentifikasi dan direkam dalam database. Selain area koleksi, Kebun Raya Baturraden memiliki beberapa taman tematik, yaitu area yang berisi koleksi dan ditata sebagai taman, seperti taman obat dan taman liana.

Bukan Usaha Komersial

Semangat membangun kebun raya di daerah, antara lain, didorong oleh tingginya jumlah pengunjung. Seperti hal nya di Kebun Raya Bogor yang tahun ini memasuki usia 200 tahun, dikunjungi tak kurang dari satu juta orang setiap tahun. Sehingga tujuan pembangunan tujuh belas kebun raya baru yang tersusun dalam rencana induk pemerintah daerah diharapkan tidak untuk mencari keuntungan material dan fungsi lembaga penelitian semacam Kebun Raya Bogor bukan termasuk usaha komersial.

Fungsi lain kebun raya selain sebagai pusat konservasi tanaman Ex-Situ adalah penelitian untuk domestikasi tumbuhan dan pendidikan. Sedangkan rekreasi hanya berada di urutan keempat, sehingga Kebun Raya diharapkan sama sekali tidak memperhitungkan pemasukan uang dari penjualan tiket masuk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline