Lihat ke Halaman Asli

Josua Sibarani

Pembelajar

Kekayaan Alam Papua: Berkah atau Kutukan?

Diperbarui: 5 Desember 2017   11:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Tirto.id

"Tanah Papua tanah yang kaya, surga kecil jatuh ke bumi. Seluas tanah sebanyak madu adalah harta harapan" - Lirik lagu Aku Papua, Edo Kondologit.

"Slow-motion genocide terhadap penduduk asli Papua" ujar Dr. Jim Elmslie. Hal ini berdasarkan studi demografi terbaru Dr. Jim Elmslie, akademisi University of Sydney, dalam The Asia-Pasific Journal. Selain itu, jumlah penduduk asli Papua semakin menurun di wilayah perkotaan.

Penulis mengetahui hasil studi tersebut ketika penulis membaca artikel "Memutihkan Orang Papua?" pada Tirto (1/12/2017). 

Karena itu, penulis tertarik untuk memotret kondisi kekinian kehidupan Papua. Proses memotret tersebut dengan cara menganalisa data-data kekinian terkait Papua dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data-data yang digunakan adalah kemiskinan, gini ratio, indeks pembangunan manusia, indeks demokrasi indonesia, dan indeks kebahagiaan.

Kemiskinan

Sumber: bps.go.id

Tren jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua Barat cenderung meningkat dari Maret 2015 (225 ribu jiwa) hingga Maret 2017 (228 ribu jiwa). Begitu juga di Provinsi Papua. Tren jumlah penduduk miskin di Provinsi Papua cenderung meningkat dari Maret 2015 (859 ribu jiwa) hingga Maret 2017 (898 ribu jiwa).  

Gini Ratio

Sumber: bps.go.id


Di sisi lain, tren gini ratio semakin membaik. Hal ini karena tren gini ratio di Provinsi Papua Barat dan Papua cenderung semakin menurun dari Maret 2015 hingga Maret 2017.

Pada Maret 2017, gini ratio di Provinsi Papua Barat lebih rendah dibanding rerata gini ratio secara nasional. Namun gini ratio di Provinsi Papua masih lebih tinggi dibanding rerata gini ratio secara nasional.

Gini ratio digunakan untuk mengukur ketimpangan dengan skala nilai antara 0-1. Semakin rendah nilai gini ratio menunjukkan ketimpangan semakin rendah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline