Lihat ke Halaman Asli

Anand Krishna Melakoni Ahimsa & Satyagraha Mahatma Gandhi (2)

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1300259175359755006

Sejumlah pemuka dan tokoh lintas agama mendoakan Anand Krishna yang pagi ini kembali menjalani sidangan lanjutan kasus dugaan pelecehan seksual di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Usai dikunjungi para sahabat, Anand menegaskan dirinya siap menghadapi persidangan meskipun dalam kondisi lemah setelah 8 hari mogok makan sebagai protes atas pengadilan dirinya.

“Perjuangan Anand Krishna dalam menempuh keadilan ini akan memicu revolusi di Indonesia”, ucap Gus Nuril salah seorang sahabatnya. Dia prihatin, orang-orang yang konsern dengan Pancasila tidak mendapatkan tempat di negeri ini.

Memang benar apa yang dikatakan Gus Nuril, sebagai seorang Satyagrahi –Anand Krishna melakukan revolusi dalam menyikapi ketidakadilan di negeri ini dengan tindakan Non Violence, tanpa kekerasan secara aktif.

Pada awalnya Gandhi menggunakan istilah perlawanan pasif dalam arti yang sama dengan Satyagraha. “Perlawanan pasif adalah pedang bermata ganda, dapat digunakan dalam keadaan apapunjuga. Ia akan memberi berkah kepada mereka yang menjalankan maupun kepada mereka yang dilawannya. Dengan tanpa menumpahkan darah setetespun, perlawanan pasif akan menghasilkan akibat besar”.

Meski Satyagraha dan perlawanan pasif sama-sama merupakan sarana untuk memperbaiki keadaan yang tidak adil, namun antara keduanya terdapat perbedaan yang cukup besar. Bahkan Gandhi sendiri mengatakannya sebagai berbeda antara kutub utara dan kutub selatan.

  • Satyagraha adalah senjata moral yang didasarkan pada keunggulan kekuatan jiwa diatas kekuatan fisik, sementara perlawanan pasif merupakan senjata politis.
  • Satyagraha hanya dapat dilaksanakan oleh mereka yang teguh jiwanya, mereka yang mempunyai keberanian untuk mati,perlawanan pasif diterima dan diakui sebagai senjata orang lemah.
  • Tujuan yang ingin dicapai Satyagraha adalah mengalahkan lawan dengan cinta dan kesabaran dalam menderita agar lawan bertobat, tujuan perlawanan pasif adalah agar lawan menyerah.
  • Dalam Satyagraha tidak ada tempat untuk kebencian dan kehendak jahat. Satyagraha adalah suatu tindakan positif dan aktif – lebih aktif daripada perlawanan pasif, maka dari itu bersifat lebih dinamis. Sebaliknya dalam perlawanan pasif hampir tidak ada tempat untuk cinta bagi lawan dan bersifat statis dan merupakan tindakan yang bernilai negatif, tidak mempunyai kekuatan untuk mengubah hati.
  • Satyagraha tidak pernah mengijinkan penggunaan kekerasan dalam bentuk apapun bahkan dalam keadaan yang menguntungkan sekalipun. Dalam perlawanan pasif, pada kesempatan yangbaik – penggunaan kekerasan tidak dilarang.
  • Perlawanan pasif tidak memusingkan diri dengan kemurnian sarana yang digunakan dan tidak begitu memperhatikan sifat orang-orang yang menggunakan sarana-sarana itu. Sedangkan dalam Satyagraha antara sarana dan tujuan serta disposisi batin seorang Satyagrahi terdapat hubungan yang tidak dapat dipisahkan.
  • Satyagraha bersifat universal – artinya dapat digunakan baik oleh individu maupun kelompok, dalam keluarga maupun dalam kalangan politik, oleh pria, wanita maupun anak-anak. Perlawanan pasif tidak berlaku universal, artinya tidak dapat diterapkan oleh semua orang, tidak dapat diarahkan kepada orang yang mempunyai hubungan dekat dengan yang bersangkutan.
  • Dalam Satyagraha, yang diserang adalah hukum atau seluruh sistem, bukan orang – oleh sebab itu diperlukan kesabaran dan kelembutan. Yang menjadi pijakandalam melangkah adalah keadaan lawan, artinya dengan memahami titik tolak lawan - seorang Satyagrahi dapat menegakkan keadilan sepenuhnya. Kecuali itu, seorang Satyagrahi juga tidak pernah takut untuk mempercayai lawan.

Dengan demikian Satyagraha didasarkan pada keyakinan bahwahanya melalui cinta, ahimsa dan penderitaan yang sadar, kekuatan-kekuatan jahat dapat dinetralisir – karena inilah cara Illahi jalan kebenaran.

Sebagai suatu gerakan damai, tentunya Satyagraha memerlukan pemimpin. Namun Gandhi menegaskan bahwa Satyagraha harus tetap dijalankankendati tanpa kehadiran seorang pemimpin. “Dalam Satyagraha, setiap orang adalah prajurit dan pelayan. Tetapi dalam keadaan darurat, prajurit Satyagrahi harus menjadi jenderal dan pemimpin. Itu berarti pada hakekatnyayang menjadi dasargerakan Satyagraha adalahkeyakinan yang teguhpada kebenaran yang juga berarti keyakinan pada diri sendiri.

Selamat berjuang Anand Krishna - untuk melakukan revolusi damai di Indonesia dengan menjadi prajurit sekaligus jenderal di medan perang melawan kebatilan, kepicikan dan kebodohan penguasa dzalim demi masa depan INDONESIA JAYA !!! Kami di seluruh penjuru Nusantara siap menunggu perintahMu untuk bergabung dalam Revolusi Damai Indonesia !!!

Bila teratarik bergabung dengan gerakan Non Violence silahkan bergabung disini:

http://www.gopetition.com/petition/43856.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline