Lihat ke Halaman Asli

Djohan Suryana

TERVERIFIKASI

Pensiunan pegawai swasta

Waktu Semalam di Bandung dan Tebing Keraton

Diperbarui: 22 Agustus 2016   07:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salah seorang cucu laki-laki kami, Theo Tobing, yang masih kuliah di Asia Pacific University (APU), Beppu, Jepang, datang ke Jakarta untuk berlibur. Theo berangkat ke Jepang sejak dua tahun yang lalu, sehingga kerinduan kami dapat terpuaskan dengan "merayakannya" melalui kumpul bersama keluarga kecil kami. 

Demikianlah, pada tanggal 20 Agustus 2016 kami menyewa sebuah villa di kompleks Graha Nirwana, Dago Pakar, Bandung. Villa tersebut terdiri dari tiga kamar, yaitu dua kamar di lantai dua dan satu kamar di lantai satu, cukup untuk menampung sebelas orang, termasuk tiga orang remaja. Fasilitas yang tersedia adalah peralatan dapur selengkapnya, WiFi, TV 50 inci dan sarapan pagi berdasarkan pesanan. Tujuan utamanya adalah mengunjungi Tebing Keraton, untuk menyaksikan matahari terbit disana.

Restoran yang kami pilih untuk makan malam adalah Resto "Warung Lela'' (Wale) yang berada di daerah sekitar Dago Pakar, Bandung. Bangunan sederhana resto ini yang dibangun secara alami, tiang kayu besar, meja serta kursi kayu, mirip dengan suasana di Bali. Malam itu banyak tamu yang makan disini, sekitar 30 orang yang datang dan pergi untuk bersantap malam. Menu makanannya  juga ternyata sederhana yaitu antara lain mie ayam, bakso, sop iga, sop buntut, dan lain-lain. Dan semuanya terasa nikmat di tengah udara dingin Dago Pakar. Warung Lela telah membuat lidah kami selalu menjilat bibir .....

Esok paginya, sekitar pukul 4.00 pagi seluruh penghuni villa tersebut dibangunkan dari tidurnya untuk mempersiapkan diri pergi ke Tebing Keraton. Setengah jam kemudian, rombongan ini berangkat dengan menggunakan dua buah mobil. Setelah kira-kira setengah jam, sampailah di sebuah tempat parkir, yang lokasinya diperoleh berdasarkan panduan GPS. 

Untuk menuju Tebing Keraton masih dibutuhkan waktu sekitar 15 menit dengan menggunakan ojek yang khusus mengantar para pengunjung kesana. Jalanannya menanjak, gerinjulan, tidak rata, gelap. Atau bisa juga ditempuh dengan berjalan kaki di tengah kegelapan pagi, sambil menunggu sang matahari muncul. Setelah tiba di Tebing Keraton, ternyata sudah banyak orang disini. 

Sayangnya, kabut masih menyelimuti udara, sehingga agak mengganggu pemandangan. Akhirnya yang ditunggu-tunggu itu pun muncullah dari balik bukit nun disana. Matahari pagi telah terbit dengan pelan tapi pasti. Wah, sebuah pemandangan yang sangat indah. Bayangkan, ada semburat warna kemerahan  di tengah hamparan hijau lembah dan dinaungi langit yang kehitam-hitaman. Sebuah kesempurnaan alam yang patut dinikmati, dalam suasana keheningan fajar yang baru merekah. Matahari telah terbit ! Untuk kemudian terbenam, lalu terbit lagi. Demikianlah kehidupan kita, sepanjang umur kita.

Setelah menikmati cahaya matahari yang pertama terbit, dan sesampainya di villa, ternyata sarapan pagi pun telah tersedia. Ada nasi uduk, nasi kuning, telur dadar, telor goreng, tempe goreng, bihun goreng, mendoan, dan lain-lain. Pokoknya, semuanya lengkap sesuai dengan pesanan. Sebelum kembali ke Jakarta, ada sebuah catatan kecil yang barangkali patut dikemukakan.  

Salah seorang anggota rombongan kami yang "masuk angin" memanggil seorang tukang urut yang sangat piawai. Namanya, Ujang Sala, asal Banten,  sangat mahir menyusuri "jalan darah" sehingga dapat mengurangi ketidaknyamanan tubuh kita. Ujang Sala ternyata juga adalah salah seorang satpam di kompleks Graha Nirwana tersebut. Jadi, kalau kebetulan Anda menginap di Graha Nirwana, Ujang Sala layak dipanggil untuk melancarkan "jalan darah" Anda .....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline