Lihat ke Halaman Asli

Dominikus DjagoDjoa

Terus berkarya untuk Indonesia

Sarana Berpikir Ilmiah Dalam Filsafat Ilmu

Diperbarui: 26 April 2021   14:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memahami Sarana Berpikir Ilmiah Dalam Filsafat Ilmu (sigmund/unsplash)

Sarana berpikir ilmiah dalam filsafat ilmu terdiri dari bahasa, matematika dan statistika. Tiga kaki yang tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain (Prof. Dr. Sudjarwo, M.S.).

1. Bahasa sebagai sarana ilmiah

Bahasa dicirikan sebagai serangkaian bunyi yang diberi arti tertentu. Bahasa terdiri dari kata, kata adalah bunyi keluar dari mulut dan diberi arti. "Istilah" adalah kata yang menunjukan satu pengertian, contoh "panas terik", tidak ada "terik dingin". Sedangkan "tanda" adalah sesuatu yang menunjukan pengertian lain. Semua ini merupakan sarana kita dalam berpikir ilmiah. 

Bahasa dalam kegiatan ilmiah memiliki ciri bahwa komunikasi ilmiah bertujuan menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan. Jadi bahasa itu media untuk mengkomunikasikan sesuatu berupa pengetahuan. Bahasa ilmiah berlaku umum dalam pengetahuan.

Bahasa dalam komunikasi ilmiah memiliki paling tidak empat hal yang harus dipatuhi :

  • Bahasa yang dipakai harus bebas dari unsur emosi atau bahasa dalam komunikasi ilmiah harus meminimalkan unsur emosi. Bahasa ilmiah itu bukan merupakan kalimat aktif tetapi lebih kepada kalimat pasif, karena untuk membebaskan diri dari emosi. Contoh jika kita menulis kata "aduh", ini akan berbeda dengan kalau kita mengatakan "aduuuuh".
    Oleh sebab itu Bahasa yang dipakai dalam unsur kegiatan ilmiah atau penulisan karya ilmiah tidak menimbulkan emosi yang pembacanya, maksudnya emosi dalam pengertian tidak memberikan makna lain kepada apa yang dibaca.
    Oleh sebab itu kalimat pasif lebih ditonjolkan, karena untuk menghindari unsur-unsur emosi. Jadi tidak bisa memuat emosi yang meledak-ledak, kecuali memang itu produk bahasa yang harus bermuatan emosi seperti produk karya ilmiah.
    Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif. Hal ini maksudnya adalah mengajak berpikir pembacanya, apa yang dibaca dengan apa yang ditangkap, apa yang disampaikan melalui yang dibaca dengan apa yang ditangkap harus sama. Kalau multi tafsir atau ambigu, maka komunikasi ilmiah tidak reproduktif atau bermakna.
    Istilah. Ada batasan istilah definisi operasional adalah dalam rangka mendudukan definisi dari sesuatu istilah yang diperlukan dalam suatu struktur atau karya ilmiah. Dengan adanya definisi ini diharapkan dari awal kita membaca suatu produk karya ilmiah, orang lain akan terposisikan seperti apa yang menjadi harapan kita yang memposisikan.
    Istilah yang dipakai harus sama. Sehingga kita temui dalam karya ilmiah ada key word (kata kunci), atau glossary dan lain-lain, ini semua dalam rangka definisi yang dipakai dalam penggunaan-penggunaan kata atau kalimat dalam struktur karya ilmiah.
    Dalam karya ilmiah sering ditemui "Pernyataan" (menyatakan sesuatu). Bahasa dalam komunikasi ilmiah, sering tidak kita sadari bahwa pernyataan-pernyataan itu berdasarkan fakta dan data dan bukan berdasarkan angan-angan atau bukan mimpi seseorang.

Kelemahan dari bahasa adalah :

  • Perannya multi fungsi, karena bahasa bersifat emotif, afektif dan simbolik. Jadi kalau kita tidak paham dengan kontes kebahasaan, maka kita tidak akan memahami yang dikandung oleh penyampaian bahasa itu.
  • Tidak jelas dan tidak eksak. Contoh rumah ini lebih kecil dari rumah itu, kecil itu ukuran berapa, kecilnya seperti apa, dan hal ini tidak eksak, seseorang akan menangkap menjadi sesuatu yang menjadi tanda tanya ulang.
  • Sifatnya majemuk atau pluralistik, satu kata banyak arti. Dalam menulis karya ilmiah harus berhati-hati, karena sering terjebak dengan kemajemukan kata yang memiliki multi arti.
  • Bahasa sering berputar-putar. Contoh kata yang berputar-putar : data adalah bahan yang diolah menjadi informasi, informasi adalah keterangan yang ddapat dari data. Contoh lain : Pengelolan adalah kegiatan yang dilakukan dalam organisasi, dan organisasi adalah bentuk kerjasama yang merupakan wadah dari kegiatan pengelolaan.
  • Terminus aequvocus, atau satu kata banyak arti. Contoh kata "terang" itu bisa bermakna  jelas, bisa juga bermakna tidak hujan, atau juga bisa bernmakna tidak kabur, atau lebih ekstrim lagi merk sabun bersih dan lain-lain.
  • Terminus univocus, satu kata mengandung satu arti namun mencakup banyak individu tanpa mengurangi individu lain. Contoh kursi dalam suatu ruangan, ada warna biru ada yang berwarna merah, ada juga kursi yang mempunyai sandaran dan ada yang tidak mempunyai sandaran. Semuanya sama adalah kursi, sehingga kata "kursi" mengandung banyak individu yang bisa tercakup.
  • Terminus analogus, kata yang mengandung pengertian sama tetapi beda dalam samanya. Contoh kata "melihat" : Tono melihat, politikus melihat, kucing melihat, bayi melihat, bapak melihat. Semua kata "melihat" beda-beda maknanya, misal ada kejadian atau peristiwa demo, Tono melihat bahwa itu pasti mahasiswa yang melakukan demo, tetapi politikus melihat ini pasti ada sesuatu yang menggerakan demo dan harus dicari tahu siapa yang menggerakan demo dan seterusnya. Begitu juga dengan bayi melihat, bayi melihat terang, tetapi beda dengan apa yang dilihat bapak, terang benderang.

Bahasa memiliki peran yang tidak kecil :

  • Membuat manusia berpikir secara abstrak
  • Dapat berpikir berlanjut
  • Dapat membuat teratur dan sistematis
  • Dapat mengakomodasikan yang kita pikirkan ke orang lain.

2. Matematika sebagai sarana ilmiah

Matematikan adalah bahasa yang eksak, cermat dan bebas emosi.

Lambang matematika bersifat artifisial, maksudnya baru punya arti setelah sebuah makna diberikan, contohnya membuat tanda panah, itu bisa lebih besar setelah kita memberi makna lima lebih besar dari dua, atau sebaliknya missal lebih kecil dan lain-lain.

Matematika melakukan pengukuran secara kuantitatif. Bahasa verbal hanya mampu menyatakan yang kuantitatif. Contoh : rumah ini lebih besar, rumah itu lebih keci (ini bahasa verbal karena tidak tahu besarnya seperti apa dan kecil sepeti apa). Beda dengan bahasa matematik, rumah ini dua kali lebih besar dari rumah itu, jadi lebih eksak atau lebih nyata dan kuantitatif.

Sifat kuantitatif dari matematika inilah yang meningkatkan daya prediktif dan kontrol ilmu. Contoh : pada yang berkepentingan ini lebih besar dari itu, ini lebih kecil, itulah kontrol ilmu dan sekaligus daya prediktif dari yang disebut dari matematik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline