Lihat ke Halaman Asli

Ucu Nur Arief Jauhar

Pengangguran Profesional

Kasus Kapal Nelayan Itu "Karam di Kejaksaan"

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Yuli dan aku duduk di pasir pantai. Di kejauhan, tampak mang Kasman bermain bersama sepasang anaknya. Adu lari dengan ombak yang datang. Istri mang Kasman sibuk merapikan tikar dan menata bekal yang dibawa dari rumah. Tak lama datang Tunggalsari, paman mang Kasman. Tangan kanannya tampak menenteng rantang, bekal tambahan rupanya.

“Aaa makan dulu!,” teriak istri mang Kasman.

Menunya sederhana, nasi timbel, sayur asem, tempe, ikan asin dan sambel. Tak ketinggalan krupuk dan pete kesukaan mang Kasman. Ditambah pindang tongkol bawaan kakek Tunggalsari.

“Mang Uja kemana mang?,” tanya mang Kasman.

“Lagi di kebon,” jawab kakek Tunggalsari.

“Emang enggak ngelaut mang?,” tanya mang Kasman lagi.

“Udah lama enggak ngelaut. Sekarang milih ngebon. Jadi nelayan, katanya miskin terus. Biayanya besar, hasilnya enggak seberapa,” jawab kakek Tunggalsari.

“Syukurlah sadar. Jadi nelayan di Banten mah pasti jadi orang pinggirannya. Enggak dipikirin sama pemerintah,” ujar mang Kasman seenaknya.

“Mamang nih kalau ngomong asal saja,” tegurku.

“Kalau ngomong sama ente tuh pasti perlu bukti,” kata mang Kasman sambil membuka laptopnya. Lalu mang Kasman menunjukan beberapa tabel NTP, NTPP, NTPH, NTPT, NTPR dan NTN.

“Enggak ngerti mang,” kataku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline