Lihat ke Halaman Asli

Di Perut Bumi Aku Bersaksi

Diperbarui: 24 Juni 2015   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mataku tak lagi dapat terpejam,
Jantunggu berdegup dengan kencang,
Ada apa dengan diriku hari ini
Yang tampak begitu lemah dan linglung
Apakah aku salah makan?
Atau karena ada sesuatu yang masih mengganjal?

Setumpuk pekerjaan yang menghantui pun ikut serta melengkapi
Keresahanku hingga sore itu…

Andai saja aku bisa menangis maka aku ingin menangis
Sayangnya air mata tak lagi mau keluar untuk permasalahan yang sama
Meski pemiliknya kesepian hingga radang tenggorokan tak lagi dirasa

Di awal malam aku memutuskan
Mencari udara segar di pojok keramaian Ciputat
Sambil minum segelas blueberry segar berharap dapat meringankan tenggorokan

Renungan demi renungan aku lakukan
Bervariasi kegiatan pun aku coba
Ternyata kesalahanku hari ini adalah karena aku kehilangan Tuhan dalam diriku
Sampai aku menemukan jalan buntu di persimpangan yang tak terlihat.

Dalam penyesalanku di Café itu,
Ada sebuah teguran yang mungkin datang dari Tuhan
Betapa tercengangnya aku ketika kutemui seorang teman disana
dan mengatakan bahwa keadaan semakin terasa sepi baginya dari hari ke hari
padahal aku baru saja mengeluh dan melupakan Tuhan
kini aku mendengar ada manusia yang mengeluh dan menceritakannya padaku

Sejujurnya aku sudah merasakan kesepian sejak setahun yang lalu
hingga aku pun putus asa menghilangkan kesepianku sendiri
lalu aku putuskan cukuplah Tuhan menjadi teman dekatku
agar dunia dapat menjadi teman yang baik untukku
meski sering kali aku masih lupa bahwa Tuhan itu ada

Lalu aku tak peduli lagi
Adakah teman di sampingku atau hanya diriku sendiri
Karena ada atau pun tidak adanya orang yang mendampingiku
Sudah sangat cukup aku bisa memiliki jiwa yang bebas
dan dapat aku miliki sepenuhnya
mungkin itu kah yang di sebut memiliki diri sendiri?
Entahlah aku pun tak ingin membahas hal itu terlalu jauh
Karena pada kenyataannya aku masih saja sering galau

Selama ini aku hidup dalam sebuah perjalanan panjang tanpa sinar
Meski aku berada di pusaran matahari
Perjalanan yang aku pikirkan efisien pun perlahan-lahan membunuhku
Karena tujuan yang aku tempuh tidak terlihat
Semua samar-samar bahkan semakin jauh aku melangkah terlihat semakin gelap

Kucoba dan terus saja kucoba
Mungkin saja masih ada sedikit harapan yang tersisa untukku
Meski hidupku sudah seperti percikan air yang tak bermakna
Tapi aku terus saja berharap
Bahwa pusaran matahari mau membagi sedikit sinarnya untukku

Dalam rintihan doa dan harapan
Mungkin Tuhan pun mendengarkan
Atau karena sudah bosan dengan banyaknya permintaanku
Yang tak sebanding dengan apa yang dapat aku lakukan
Pusaran matahari itu benar-benar memberikan sinarnya untukku

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline